TEMPO.CO, Baghdad - Pasukan keamanan Irak menembakkan sejumlah tabung gas air mata dan peluru tajam ke udara untuk membubarkan demonstran di Baghdad pusat pada Rabu, 6 November 2019.
Tindakan petugas ini menyebabkan satu orang demonstran dikabarkan tewas. Aksi penembakan oleh petugas ini terjadi di sekitar tiga jembatan utama di Baghdad yaitu Ahrar, Shuhada, dan Bab al-Muadham, yang menjadi titik kumpul para pemrotes.
“Terjadi kekacauan di lokasi dengan suara letusan tembakan dan ledakan granat kejut terdengar,” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 6 November 2019.
Korban tewas merupakan dokter, yang tertembak di dekat Jembatan Ahrar. Setidaknya 42 orang terluka terkena tembakan gas air mata.
Polisi terlihat di lokasi memblokade jalur massa. Seorang pengendara tuk-tuk atau becak ditangkap setelah sempat dipukul petugas. 18 orang ditahan di lokasi.
Demonstrasi di Irak terjadi menyusul tuntutan perbaikan ekonomi oleh masyarakat. Mereka juga menilai elit politik berperilaku korup dan tidak menggunakan kekayaan negara berupa hasil penjualan minyak untuk memenuhi kebutuhan belanja warga sehari-hari.
Sekitar 260 orang tewas sejak meletusnya demonstrasi massal pada Oktober 2019. Ini merupakan unjuk rasa terbesar sejak jatuhnya diktator militer Saddam Hussein pada 2003.
“Kami berdemonstrasi secara damai,” kata Abu Zahra, 50 tahun. “Kami memblokir jembatan-jembatan ini. Jika tidak, pasukan keamanan akan menguasai semua jembatan dan Lapangan Tahrir dan berusaha mengakhiri protes kami. Kami membela saudara kami di Tahrir,” kata dia.
Ribuan warga Irak turun ke jalan dan berkumpul di Lapangan Tahrir sejak beberapa pekan terakhir. Petugas dan demonstran terlibat bentrok beberapa kali. Saat ini, ada lima jembatan yang dikuasai massa.
“Memblokir jalan dan jembatan merupakan tindakan sabotase ilegal. Pasukan keamanan telah diperintahkan tidak menggunakan peluru tajam melawan demonstran,” kata juru bicara dari kantor Perdana Menteri Irak.