TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan mahasiswa dan siswa di Lebanon memilih meninggalkan sekolah dan kampus mereka untuk bergabung dalam demonstrasi antipemerintah pada Rabu.
Dikutip dari Al Jazeera, 11 November 2019, Raseel, pelajar berusia 16 tahun, yang juga ikut turun ke jalan mengatakan bahwa siswa kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas bertemu di luar sekolah pukul 07.30 pagi waktu setempat untuk menuju ke daerah protes utama di kota Elia Crossing.
"Kami berada di jalan-jalan untuk menuntut masa depan yang lebih baik bagi kami. Kebanyakan dari kami lulus tanpa peluang kerja sehingga terpaksa meninggalkan negara," kata Rassel
Raseel menambahkan para siswa memutuskan untuk tetap berada di jalan sampai memperoleh keyakinan bahwa "uang mereka tidak dicuri," dan melihat undang-undang yang bisa mengembalikan ekosistem yang telah dihancurkan.
Gabungan protes dari pelajar dan pengunjuk rasa lain mulai meluas, dengan menghalangi jalan utama menuju ke pusat negara yang dianggap korup atau tidak efisien.
Para siswa Lebanon mengibarkan bendera nasional dan meneriakkan slogan-slogan ketika mereka berkumpul dalam demonstrasi anti-pemerintah di kota Sidon di selatan [Mahmoud Zayyat / AFF / Al Jazeera]
Ratusan ribu warga Lebanon turun ke jalan sejak pecahnya demonstrasi besar-besaran pada 17 Oktober, setelah pemerintah mengumumkan rencana penetapat pajak panggilan WhatsApp dan mengatakan mereka sedang mempelajari kenaikan pajak pertambahan nilai.
Para politisi menilai para pengunjuk rasa meminta pertanggung jawaban atas kesalahan ekonomi selama puluhan tahun dan dugaan korupsi. Mereka telah menuntut pembentukan pemerintah ahli independen untuk mengelola layanan dasar seperti air dan listrik sampai diadakan pemilihan baru dibawah undang-undang pemilu yang direvisi.
Aksi demonstrasi digelar dari Akkar dan Tripoli di utara ke kota-kota pesisis Jounieh da Jbeli, desa pegunungan Sofar, serta di Bekka dan Libanon selatan termasuk Nabatieh dan Sidon.
Di ibu kota, Beirut, mahasiswa memblokir lalu lintas di depan Universitas Sains dan Teknologi Amerika, memblokir pintu masuk Bank Sentral dan perusahaan listrik milik pemerintah, memblokir pintu masuk ke perusahaan telekomunikasi negara Alfa dan MTC Touch serta bank-bank swasta yang dianggap terhubung dengan politisi Lebanon.
KANIA SUKU | AL JAZEERA