TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok afiliasi ISIS di Mali mengklaim telah menewaskan 53 tentara dan satu warga sipil dalam serangan ke pos militer di Mali utara.
ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan melalui kantor beritanya, Amaq News Agency, pada Sabtu, seperti dikutip dari Reuters, 3 November 2019. Namun ISIS tidak memberikan bukti apapun terhadap klaimnya.
Pihak berwenang pertama kali melaporkan serangan di Indelimane, wilayah Menaka, pada hari Jumat, tetapi memberikan angka kematian sementara yang lebih rendah.
"Orang-orang tak dikenal bersenjata berat menyerang sekitar siang hari. Serangan itu dimulai dengan tembakan peluru ... Kemudian mereka mundur ke Niger," kata juru bicara pemerintah Yaya Sangare.
Dia menambahkan jumlah korban tewas tetap sementara ketika mayat-mayat sedang identifikasi, dan tentara sedang melakukan operasi tempur di darat dengan dukungan dari pasukan internasional, termasuk pasukan Prancis dari operasi Barkhane dan pasukan penjaga perdamaian AS.
"Bala bantuan yang dikirim menemukan 54 mayat termasuk satu warga sipil, 10 selamat, dan menemukan kerusakan materi yang cukup besar," kata Sangare di Twitter sebelumnya pada hari Sabtu.
Prancis mengatakan salah satu tentaranya di sana tewas setelah kendaraannya terkena bom rakitan, menurut sebuah pernyataan kepresidenan Prancis.
Serangan pada Sabtu kemarin adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap militer negara Afrika Barat dalam catatan baru-baru ini. Kekerasan itu diperkirakan akan semakin meningkatkan ketegangan di ibu kota, Bamako, di mana keluarga militer telah melakukan protes di jalanan.
Dilaporkan New York Times, Kerabat mengatakan bahwa tentara belum dilindungi secara memadai di lapangan karena mereka menghadapi berbagai kelompok milisi.
Mali telah dilanda kekerasan sporadis sejak 2012, ketika militan Islam mengambil alih utara negara itu. Negara ini masih belum pulih dari serangan milisi yang mematikan pada akhir September.
Serangan kemarin menyusul serangan mematikan milisi pada akhir September, mengindikasikan meluasnya jangkauan dan kecanggihan kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah tersebut.
Tiga puluh delapan tentara Mali terbunuh pada 30 September dalam serangan terkoordinasi pada dua pangkalan militer di Mali tengah, yang telah terlepas dari kendali pemerintah meskipun ada tentara Prancis dan pasukan internasional lainnya.
Di Mali ada kelompok-kelompok dengan jaringan Al Qaeda dan ISIS menyebar ke seluruh Sahel, yang juga mengancam bagian-bagian Niger dan Burkina Faso.
Kelompok militan afiliasi ISIS telah mengunggah puluhan klaim tanggung jawab atas serangan di beberapa negara sejak pasukan khusus AS membunuh pemimpin sebelumnya Abu Bakar al Baghdadi akhir pekan lalu.