TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Jumat, 1 November 2019, menyebut mantan Pemimpin kelompok radikal Islamic State atau ISIS Abu Bakr al-Baghdadi adalah produk gagasan dari Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara, Lavrov mengatakan pihaknya ingin mendapat lebih banyak informasi soal pembunuhan al-Baghdadi.
“Semuanya diumumkan dengan sungguh-sungguh dan penuh kemenangan, tetapi militer kami masih mempelajari fakta-fakta tambahan, dan mereka belum dapat mengkonfirmasi banyak dari apa yang telah dikatakan Amerika Serikat,” kata Lavrov, seperti dikutip dari aa.com.tr, Sabtu, 2 November 2019.
Pemuda Irak menonton berita kematian pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, di Najaf, Irak 27 Oktober 2019. "Sumber kami dari dalam Suriah telah mengkonfirmasi kepada tim intelijen Irak yang ditugaskan mengejar Baghdadi bahwa ia telah terbunuh bersama pribadinya. pengawal di Idlib setelah tempat persembunyiannya ditemukan ketika ia mencoba untuk membawa keluarganya keluar dari Idlib menuju perbatasan Turki, "kata salah seorang pejabat Irak. [REUTERS / Alaa al-Marjani]
Menurutnya, ISIS muncul setelah invasi militer Amerika Serikat ke Iran. Negara Abang Sam itu membebaskan para ekstrimis dari penjara-penjara di Irak. Untuk itu sampai pada batas tertentu, Amerika Serikat diduga mengeleminasi salah satu dari yang sudah mereka lahirkan.
Al-Baghdadi adalah warga negara Irak. Dia memimpin ISIS dan melakukan penyerangan hingga menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Sebelumnya pada Minggu, 26 Oktober 2019, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pihaknya telah membunuh al- Baghdadi dalam sebuah penggerebekan di malam hari di provinis Idlib, utara Suriah. Al-Baghdadi tewas saat berusaha melarikan diri lewat sebuah terowongan, saat terpojok dia memilih meledakkan rompi bom bunuh diri yang melekat di tubuhnya. Dia membawa tiga anaknya tewas bersamanya ketika itu.