TEMPO.CO, Hong Kong – Aktivis pro-demokrasi Hong Kong mengajukan gugatan ke pengadilan terkait penerapan undang-undang darurat yang melarang demonstran mengenakan topeng atau masker wajah.
Demonstran Hong Kong bertekad menggunakan pesta Halloween, yang diramaikan dengan memakai kostum dan topeng, pada akhir pekan ini untuk menolak penerapan larangan mengenakan topeng.
“Pengadilan Tinggi Hong Kong menyidangkan dua gugatan hukum soal ini,” seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 31 Oktober 2019.
Gugatan pertama datang dari seorang pemimpin mahasiswa, yang mempertanyakan keabsahan larangan pemakaian masker wajah seperti diatur dalam undang-undang darurat itu.
Sedangkan gugatan kedua diajukan oleh sejumlah anggota parlemen pro-Demokrasi dengan cakupan yang lebih luas yaitu keabsahan penerapan kembali undang-undang darurat.
Baca Juga:
“Ini adalah pertaruan antara penegakan hukum lawan totalitarianisme,” kata Dennis Kwok, anggota parlemen, kepada media di luar ruang sidang pada Kamis, 31 Oktober 2019.
Seperti dilansir Reuters, undang-undang darurat ini pertama kali diterapkan pada 1922 oleh penguasa kolonial di Hong Kong saat itu yaitu Inggris.
Tujuannya saat itu adalah melarang para nelayan untuk melakukan mogok kerja karena mereka mengeluhkan bayaran yang kecil. Inggris juga mengenakan undang-undang ini pada 1967 untuk menekan kelompok Mao berhaluan kiri, yang memberontak selama setahun dan menewaskan sekitar 50 orang.
Masalahnya saat ini adalah Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menerapkan kembali undang-undang kontroversial ini tanpa melalui pembahasan di Dewan Legislatif, yang anggotanya dipilih untuk menyetujui semua undang-undang yang berlaku di Hong Kong.
Sejumlah forum online di Hong Kong menyerukan warga mengenakan topeng Halloween untuk turun ke jalan menolak penerapan larangan memakai topeng tadi.
Media SCMP melansir otoritas menurunkan sekitar 3.000 petugas dan tiga mobil water cannon untuk menghalau massa jika terjadi kerusuhan pada perayaan Halloween ini. Petugas akan meminta semua warga Hong Kong, yang meneriakkan slogan demonstrasi untuk membuka topeng Halloween-nya.