TEMPO.CO, Jakarta - Emir Kuwait Sabah al-Ahmad Al-Sabah pada Selasa, 29 Oktober 2019, menyerukan agar sengketa diplomatik di kawasan segera diakhiri. Seruan itu untuk menyasar blokade yang diterapkan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir terhadap Qatar sejak Juni 2017.
Al-Sabah dalam pidatonya mengatakan sengketa yang terjadi telah melemahkan Dewan Kerja Sama negara-negara Teluk atau GCC. Enam anggota organisasi GCC diantaranya Qatar, Saudi Arabi, Oman, Kuwait dan Bahrain.
“Sangat penting untuk untuk menarik perhatian Anda pada kegaduhan yang melanda wilayah kami, yang telah menimbulkan ancaman besar dan dampak tidak hanya pada stabilitas dan keamanan kami, tetapi juga pada generasi masa depan kami. Ada sengketa yang berjalan diantara negara-negara Teluk ini sudah tidak bisa lagi ditolelir atau diterima. Ini sudah melemahkan kemampuan dan merusak keuntungan kita,” kata Al-Sabah, seperti dikutip dari aljazeera.com, Selasal, 29 Oktober 2019.
Sabah al-Ahmad Al-Sabah, Emir Kuwait. Sumber: AFP/france24.com
Sebelumnya pada Juni 2017, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir menjatuhkan blokade lalu lintas udara, laut dan darat ke Qatar setelah menuding negara itu mendukung terorisme. Keempat negara itu juga mengajukan 13 poin tuntutan, diantaranya menuntut Qatar menutup jaringan media Al Jazeera, menutup pangkalan militer Turki di Qatar dan menurunkan hubungan dengan Iran.
Doha menolak permintaan itu dan berulang kali menyangkal tuduhan yang diarahkan pada negara itu.
Kuwait yang dipimpin Al-Sabah, selama ini telah berusaha menjadi mediator. Al-Sabah menyerukan agar negara-negara Teluk segera mengesampingkan perbedaan dan memulihkan hubungan. Al-Sabah, 90 tahun, baru tiba di Kuwait pada 16 Oktober 2019 setelah menjalani perawatan kesehatan di Amerika Serikat.