TEMPO.CO, Hong Kong – Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan pusat keuangan Asia itu bakal mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif hingga akhir 2019.
Ini karena Hong Kong didera demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah sejak Juni 2019.
Lam mengatakan ini sehari setelah Menteri Keuangan, Paul Chan, mengatakan Hong Kong mengalami resesi ekonomi. Ini artinya, wilayah administrasi semi-otonom ini tidak mengalami pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Seperti dilansir Reuters, protes massal warga Hong Kong terhadap legislasi ekstradisi berlangsung terus-menerus. Meski legislasi itu telah dicabut, warga Hong Kong terus mendesak pemerintah mengadopsi sistem demokrasi secara penuh.
Ini agar warga bisa memilih sendiri para pemimpinnya termasuk kepala eksekutif Hong Kong, yang ditetapkan oleh Cina.
“Dari penilaian kami ini, pertumbuhan ekonomi 2019 bakal menunjukkan angka negatif. Ini artinya kita tidak ada bisa mencapai target yang sudah direvisi turun antara 0 – 1 persen pertumbuhan ekonomi,” kata Lam seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa, 29 Oktober 2019.
Estimasi awal untuk kinerja ekonomi kwartal ketiga Hong Kong menunjukkan pertumbuhan bakal negatif. Ini artinya, dua kwartal berturut-turut terjadi pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan pemerintah akan meluncurkan paket ekonomi baru untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi. Namun, dia tidak menjelaskan secara detil apa program pemerintah itu.
Sebelumnya, Lam berpidato akan meningkatkan pembangunan perubahan untuk warga ekonomi bawah Hong Kong, yang selama ini kesulitan mencari tempat tinggal karena tingginya biaya sewa.