TEMPO.CO, San Fransisco – Pentagon memberikan kontrak kepada perusahaan teknologi Microsoft senilai US$10 miliar atau sekitar Rp140 triliun untuk pembuatan layanan awan atau cloud computing yang disebut JEDI.
Kontrak ini diperebutkan oleh tiga perusahaan teknologi raksasa yaitu Microsoft, Amazon, dan Oracle.
“Sistem cloud ini bakal menyimpan dan memproses data rahasia berjumlah besar dan membantu militer AS menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mempercepat perencanan perang dan kemampuan tempurnya,” begitu dilansir Sydney Morning Herald pada Sabtu, 26 Oktober 2019.
Nama Amazon sempat diunggulkan pada awal proses awal lelang procurement ini. Lalu muncul Oracle dan IBM, yang juga mengajukan teknologi masing-masing. Oracle sempat menggugat proses ini ke pengadilan federal tapi kalah.
Sejak tahun lalu, Microsoft mulai mendekati lembaga militer AS. Presiden Microsoft, Brad Smith, menulis surat beberapa bulan lalu bahwa perusahaan telah menyuplai teknologi canggih ke militer AS dan akan terus melakukannya meskipun ada keberatan dari pegawai.
Sejumlah perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft, Amazon, dan Google mendapat kritik dari para pegawai masing-masing soal mengambil kontrak pengadaan barang militer dan proyek pemerintah. Microsfot dan Amazon belum mengomentari soal ini.
Pentagon pernah menjelaskan proyek awan atau cloud project ini, yang juga dikenal sebagai Joint Enterprise Defence Infrastructure atau JEDI, ditujukan untuk memperbarui teknologi militer Pentagon menjadi moderen.
Kementerian Pertahanan berinvestasi pada layanan awan komersil atau commercial cloud services, yang menyediakan layanan komputasi dan penyimpanan data di server terpencil, untuk meningkatkan kecepatan berbagi data dan keamanan data lintas instansi militer. Proyek ini bakal kelar pada 2029.
Soal ini, juru bicara Amazon mengaku terkejut. Menurut juru bicara Amazon, Douglas Stone, perusahaan merupakan terdepan untuk teknologi awan atau cloud technology terkait kontrak dengan Pentagon ini.
