TEMPO.CO, Santiago – Presiden Cile, Sebastian Pinera, menyebut demonstrasi besar-besaran pada Jumat, 25 Oktober 2019 sebagai jalan untuk membangun Cile baru.
Pinera, yang merupakan seorang miliarder konservatif, mengatakan unjuk rasa besar-besaran kemarin menyuarakan tuntutan keadilan dan harapan.
“Kita telah mendengar pesannya. Kita telah berubah. Dengan persatuan dan pertolongan Tuhan, kita akan melewati jalan menuju Cile yang lebih baik bagi kita semua,” kata dia seperti dilansir Channel News Asia pada Sabtu, 26 Oktober 2019.
Lebih dari satu juta orang turun ke jalan di Cile pada Jumat, 25 Oktober 2019, sebagai aksi demonstrasi terbesar dalam sepekan terakhir yang warnai aksi unjuk rasa dan penjarahan di berbagai lokasi.
Warga Cile mendesak reformasi ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi dan Presiden Sebastian Pinera mundur.
Pinera menanggapi desakan massal pengunduran dirinya ini dengan mengatakan telah mendengar pesan lewat cuitan di Twitter.
Pinera, yang sebelumnya mengecam keras aksi demonstrasi dan kerusuhan massal yang terjadi, kali ini menyebut protes ini dengan nada positif dan awal dari perubahan besar.
“Demonstran membawa berbagai bendera nasional dan suku serta menyanyikan lagu perlawanan terhadap Diktator Augusto Pinochet dari era 1973 – 90,” begitu dilansir Channel News Asia.
Gubernur Santiago, Karla Rubliar, menyebut hari itu sebagai ‘hari bersejarah’ lewat cuitan di Twitter. Dia menyebutnya sebagai aksi pawai damai mewakili impian Cile baru.
Rubilar menyebut ada sekitar satu jura orang berdemonstrasi di seluruh Cile. Polisi menyebut ada sekitar 820 ribu orang berdemonstrasi di ibu kota Santiago.
Selama sepekan terakhir, warga Cile mengungkapkan kemarahan lewat protes di jalanan atas memburuknya situasi ekonomi dengan harga naik seperti tiket kereta api. Warga merasa pemerintah mengabaikan penderitaan mereka, yang hanya mendapat gaji rendah dan dana pensiun yang sedikit, biaya kesehatan yang mahal, dan kesenjangan kekayaan yang melebar antara orang kaya dan miskin.