TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Demokratik Suriah atau SDF yang mayoritas berasal dari etnis Kurdi menuduh militer Turki melancarkan serangan darat besar, yang menarget tiga desa di Suriah timur laut pada Kamis, 24 Oktober 2019.
Namun, otoritas Rusia mengatakan rencana perdamaian pekan ini berjalan lancar.
Berdasarkan rencana yang disetujui Presiden Turki, Tayyip Erdogan, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pasukan Kurdi Suriah akan mundur lebih dari 30 kilometer dari perbatasan Suriah dan Turki.
Rusia mengatakan akan mengirim lebih banyak polisi militer dan peralatan berat untuk membantu merealisasikan kesepakatan itu. Kesepakatan ini telah mendorong Trump untuk mencabut sanksi terhadap Turki dan membuat Erdogan menuai pujian di media Turki.
Milisi SDF mengatakan pasukan Turki telah menyerang tiga desa di luar wilayah proses gencatan senjata, yang memaksa ribuan warga sipil melarikan diri.
“Terlepas dari komitmen pasukan kami terhadap putusan gencatan senjata dan penarikan pasukan dari seluruh wilayah gencatan senjata, Turki dan faksi teroris yang bersekutu masih melanggar proses gencatan senjata. Pasukan kami masih bentrok,” begitu pernyataan dari milisi SDF sekaligus mendesak campur tangan AS untuk menghentikan pertempuran baru.
Kementerian Pertahanan Turki tidak mengomentari laporan SDF tetapi mengatakan bahwa lima personel militer terluka dalam serangan oleh milisi YPG, yang merupakan unit militer dari etnis Kurdi Suriah, di sekitar perbatasan Kota Ras al Ain, yang dekat dengan tiga desa itu.
Seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat mengatakan pada Kamis bahwa Washington berkomitmen memperkuat posisi militer di Suriah dengan tambahan aset militer. Ini menjadi salah satu tanda bahwa AS tidak akan mengakhiri rencana penarikan penuh dari Suriah tetapi menambah kemampuan pasukan Amerika yang tersisa di negara itu.
Utusan khusus Amerika Serikat untuk Suriah, Geir Pedersen, mengatakan gencatan senjata tampaknya berlaku secara umum ketika kekuattan-kekuatan besar berkumpul di Jenewa menjelang pertemuan pertama Komite Konstitusi Suriah pada pekan depan.
Secara terpisah, Erdogan juga mengatakan Turki telah setuju dengan Rusia untuk mempertahankan “pos pengamatan” di bagian barat laut Manbij Suriah.