TEMPO.CO, Jakarta - Aturan imunitas diplomatik di Inggris sedang ditinjau ulang setelah istri seorang diplomat dari Amerika Serikat membunuh seorang pengendara sepeda motor dalam sebuah kecelakaan fatal di Inggris. Usai musibah kecelakaan itu, istri diplomat tersebut memilih meninggalkan Inggris sambil mengatakan status suaminya sebagai pegawai intelijen Amerika Serikat.
“Saya sudah ditugaskan untuk mengevaluasi aturan imunitas bagi personil asal Amerika Serikat dan keluarganya di desa Croughton, Inggris,” kata Dominic Raab, Menteri Luar Negeri Inggris, Senin, 21 Oktober 2019, seperti dikutip dari rt.com.
Foreign office admits DID know that Anne Sacoolas was about to leave the country, then advised police to tell the family ‘a day or two’ after they knew she had fled, but police left it another 11 days. Raab orders enquiry. It has taken a long time for them to admit that.
— Dominic Waghorn (@DominicWaghorn) 21 Oktober 2019
Harry Dunn, 19 tahun, mengendarai sepeda motor pada 27 Agustus 2019. Dia ditabrak oleh Anne Sacoolas, yang menyetir mobil di jalur yang salah. Kejadian kecelakaan ini terjadi dekat pangkalan udara RAF Croughton di Northamptonshire, yang digunakan oleh militer Amerika Serikat. Raab mengatakan, aturan yang membolehkan Sacoolas meninggalkan Inggris saat ini sedang evaluasi.
Raab sulit mempercayai kalau aturan membolehkan Sacoolas angkat kaki Inggris dan saat ini evaluasi akan menyoroti berapa lama aturan seperti ini akan diberlakukan lagi. Sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat sebenarnya telah memperingatkan Inggris kalau Sacoolas akan pergi dari Inggris menyusul kecelakaan fatal yang terjadi. Namun Inggris secara hukum tidak bisa mencegah kepergiannya dari negara itu.
Keluarga Dunn telah menekan kepolisian Inggris dan pengadilan agar melakukan investigasi dan kemungkinan mengekstradisi Sacoolas agar dia bisa dihadapkan pada tuntutan hukum. Sacoolas mengklaim memiliki imunitas karena suaminya punya posisi di RAF Croughton. Suami Croughton sejak kejadian kecelakaan terjadi sudah meninggalkan pangkalan udara itu.
Kantor Penuntut Umum Crown di Inggris menyatakan imunitas terhadap Sacoolas tidak lagi berlaku. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mempertanyakan kemungkinan mengirimkan Sacoolas kembali ke Inggris.