TEMPO.CO, Santiago – Presiden Cile, Sebastian Pinera, menyatakan negara dalam keadaan darurat lewat pidato di televisi pada Jumat, 18 Oktober 2019, setelah terjadi kerusuhan pasca kenaikan harga tiket kereta api.
Ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota baik di ibu kota Santiago dan kota lainnya untuk memprotes kenaikan harga-harga kebutuhan publik termasuk biaya transportasi.
“Tujuan dari penetapan status darurat ini sederhana yaitu memastikan ketertiban publik dan perdamaian bagi warga Santiago dan melindungi properti publik dan pribadi,” kata Pinera seperti dilansir CNN pada Sabtu, 19 Oktober 2019.
- Korban
Sekitar sebelas orang tewas akibat kerusuhan yang melanda ibu kota Santiago dan beberapa kota lainnya. Sejumlah korban terjebak di dalam supermarket yang dibakar massa.
Sebanyak 180 orang ditahan dan 57 orang polisi terluka seperti dilansir Direktur Polisi Jenderal Mario Rozas.
- Vandalisme
Para pemrotes merupakan warga yang merasa marah akibat naiknya harga-harga kebutuhan sehari-hari termasuk harga tiket kereta api dari 800 peso menjadi 830 peso atau sekitar Rp16 ribu. Padahal pemerintah telah menaikkan harga tiket ini sebanyak 20 peso pada awal Januari 2019.
Wali Kota Santiago, Karla Rubilar Barahona, mengatakan kerusakan yang dialami stasiun kereta api terbilang masif atau besar-besaran. Reuters melansir ada 164 stasiun kereta api yang dirusak massa dengan sebagiannya dibakar.
- Maskapai
Manajemen maskapai setempat yaitu LATAM Airlines Group mengatakan telah membatalkan sekitar 200 penerbangan antara Ahad malam dan Senin pagi pekan ini karena terjadinya kerusuhan di berbagai lokasi.
Pembatalan ini mempengaruhi penerbangan domestik dan internasional.
Ketua Komisi Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet, yang juga bekas Presiden Cile selama dua periode, mendesak pemerintah bekerja sama dengan semua kalangan untuk mencari solusi dan menangani keluhan masyarakat.
“Saya juga mendesak semua yang terlibat dalam protes hari ini dan besok untuk melakukannya secara damai,” kata Bachellet asal Cile.