TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok radikal Islamic State atau ISIS berencana menyerang pasukan SAS dari Inggris di Suriah menggunakan beberapa bom beha atau bom dari bra. Bom yang diselipkan pada bra ini ditempeli kabel dan bahan peledak yang dibungkus plastik.
Dikutip dari mirror.co.uk, Minggu, 20 Oktober 2019, bom-bom bra itu ditujukan untuk membunuh pasukan koalisi. Dengan taktik ini, maka pelaku bom bunuh diri perempuan bisa memperlihatkan bagian perut mereka untuk mengecoh petugas saat diperiksa.
ISIS berenana menggunakan bom yang ditempelkan di bra atau pakaian dalam perempuan untuk menyerang pasukan SAS di Rusiah. Sumber: ATOM Training/mirror.co.uk
Bom bra ini pernah satu kali ditemukan di Afrin, sebuah wilayah di utara Suriah pada April 2019. Bom pakaian dalam perempuan itu sekarang diyakini telah diproduksi oleh ‘operator’ yang berketerampilan tinggi.
“Ini hanya contoh dari orang-orang yang melakukan penemuan dan bertekad ingin membunuh. Ini hampir mirip dengan senjata sebelumnya. Bentuknya kecil, alat yang dipasang juga ringan, namun bisa meledak dan menewaskan orang-orang dalam radius 10 meter. Ini senjata yang dirancang untuk membunuh saat berada di pos keamanan,” kata seorang sumber di keamanan.
Bom yang diikatkan pada keledai juga digunakan. Sayangnya tidak ada pilihan lain, selain menembak mati hewan ini saat dilihat,” kata sumber itu.
Inggris tidak pernah mempublikasikan jumlah pasukan khusus SAS yang beroperasi di Suriah. Namun diperkirakan jumlahnya puluhan.
Sebelumnya pada 2007, seorang pelaku bom bunuh diri dari kelompok radikal Macan Tamil di Sri Lanka meledakkan dirinya di luar sebuah kantor kementerian dan menewaskan seorang menteri menggunakan bom beha atau bra. Bom serupa juga digunakan untuk membunuh Perdana Menteri India Rajiv Gandhi oleh kelompok Macan Tamil pada 1991.