TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin berpengaruh Hizbullah di Lebanon, Hassan Nasrallah, pada Sabtu, 19 Oktober 2019, mengatakan gerakan yang dilakukan kelompoknya tidak menginginkan pemerintah mengundurkan diri. Klarifikasi itu disampaikan setelah massa anti-pemerintah melakukan unjuk rasa hari ketiga.
Dalam sebuah pidatonya di televisi, Nasrallah menyerukan agar dibuat agenda baru dengan semangat yang baru pula. Tuntutan agar pemerintah Lebanon mengundurkan diri sama dengan buang waktu karena kelompok-kelompok politik yang sama akan melakukan tawar-menawar dalam membentuk pemerintah yang baru nanti.
Kelompok Hizbullah dan sekutu-sekutunya sejak tahun lalu telah menjadi bagian dari pemerintah Lebanon setelah berbulan-bulan negosiasi antar kelompok politik dan agama.
Demonstran berdiri di dekat ban yang dibakar yang menghalangi jalan saat demonstrasi atas krisis ekonomi, di Nabatiyeh, Lebanon selatan, 18 Oktober 2019. Pengunjuk rasa memblokir jalan di seluruh Lebanon dengan membakar ban. REUTERS/Aziz Taher
Dikutip dari aljazeera.com, unjuk rasa pertama kali meletup pada Kamis, 17 Oktober 2019 hampir di berbagai wilayah di Lebanon. Mereka memprotes proposal kenaikan pajak sebesar 20 persen. Unjuk rasa ini telah menjadi tantangan pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Saad Hariri ditengah krisis ekonomi yang semakin memburuk di Lebanon. Hariri menuding koalisi pemerintahannya sudah gagal dalam menyasar krisis ekonomi yang dihadapi negaranya.
Pada Sabtu, 18 Oktober 2019, unjuk rasa hari ke-3 terjadi. Diperkirakan ratusan orang turun ke jalan memprotes rencana kenaikan pajak dan tuduhan korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah. Massa mulai berkerumun di depan gedung pemerintah di ibu kota Beirut pada jam makan siang. Banyak dari mereka mengibar-ibarkan bendera Lebanon.
Dalam tiga hari unjuk rasa, diperkirakan sudah 70 orang ditahan. Unjuk rasa pada Sabtu itu juga lagi-lagi berakhir ricuh. Demonstran mengumpulkan ban dan bahan lainnya untuk memblokade jalan.
Sejumlah wilayah tengah ibu kota Beirut, Lebanon, tampak seperti zona perang dengan sampah dan pecahan kaca disana-sini, tong sampah yang di jungkir-balikkan dan ban yang masih terbakar. Bank, toko dan banyak restoran tutup.