TEMPO.CO, Jakarta -UNAMA, Badan PBB untuk misi membantu pemulihan Afganistan, merilis data tentang jumlah warga sipil yang tewas dalam sembilan bulan terakhir di tahun 2019 mencapai 2.563 orang tewas dan lebih dari 5.676 orang terluka.
Dalam periode itu, menurut UNAMA, unsur pemerintah bertanggung jawab atas lebih dari 5 ribu warga sipil yang menjadi korban kekerasan. Jumlah ini merupakan 65 persen dari total warga sipil yang menjadi korban pada periode sembilan bulan terakhir di tahun 2019.
United Nations figures released today show record-high levels of civilian casualties in #Afghanistan and indicate an urgent need for all parties to the conflict to do more to protect civilians from harm. Read more: https://t.co/hdWH6Qjl1k#HumanRights #ZeroCivilianCasualtiesNow pic.twitter.com/MzESO4f98x
— UNAMA News (@UNAMAnews) October 17, 2019
UNAMA kemudian merinci bahwa kecenderungan kroban yang tewas maupun terluka adalah perempuan dan anak-anak. Persentase mencapai 41 persen dari seluruh warga sipil yang terluka maupun tewas di Afganistan.
Berdasarkan laporan UNAMA yang telah dirilis itu, Tadamichi Yamamoto sebagai sekretaris jenderal perwakilan khusus untuk Afganistan mendesak seluruh pihak untuk menghindari mencederai warga sipil.
"Mencelakai warga sipil sepenuhnya tidak dapat diterima, khususnya dalam konteks pengakuan luas bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik di Afganistan," kata Yamamoto, seperti dikutip dari NPR.
Ledakan di masjid di distrik Haska Mena, provinsi Nangarhar, Afganistan menambah panjang daftar korban tewas maupun terluka.
Sekretaris Jenderal PBB Antoniou Guterres mengutuk keras serangan yang terjadi di dalam masjid di Afganistan saat umat Muslim melakukan salat Jumat kemarin. Guterres meminta pelaku dimintai pertanggungjawaban.