TEMPO.CO, Ankara – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan akan melanjutkan serangan militer di wilayah Suriah utara hingga semua target tercapai.
Pernyataan Erdogan ini mengabaikan permintaan dari Presiden AS, Donald Trump, yang telah menelpon Erdogan dan memintanya menggelar gencatan senjata dengan pasukan YPG dari kelompok Kurdi.
“Dengan seizin Tuhan, kita akan mengamankan wilayah yang merentang dari Manbij ke perbatasan kita dengan Irak dan memastikan dalam tahap pertama sebanyak satu juta lalu dua juta pengungsi Suriah kembali ke rumah mereka dengan bebas,” kata Erdogan dalam pidato di televisi seperti dilansir Telegraph pada Selasa, 15 Oktober 2019.
Saat ini, pasukan militer Turki memasuki hari ketujuh serangan militer ke kota-kota yang dikuasai pasukan Kurdi. Ini membuat sekitar 150 ribu warga mengungsi dengan sekitar 60 orang tewas.
Turki berencana membangun kawasan aman sepanjang ratusan mil di sepanjang perbatasan selatan dengan Suriah. Tujuannya adalah membebaskan area ini dari kegiatan pasukan Unit Proteksi Rakyat Kurdi atau YPG, yang dicap sebagai teroris.
Erdogan ingin merepatriasi sekitar 3.6 juta pengungsi Suriah, yang ditampung di wilayah Turki akibat perang saudara yang terjadi selama sekitar tujuh tahun terakhir.
CBS melansir Trump telah memerintahkan penarikan sekitar seribu orang pasukan AS dari wilayah utara Suriah, yang berbatasan dengan Turki. Militer AS dan pasukan Kurdi selama ini bekerja sama memerangi kelompok teroris ISIS.
Kekosongan ini membuat pasukan Turki masuk ke wilayah utara Suriah setelah satu – dua tahun sebelumnya merangsek ke area di Kota Afrin. Pasukan Turki mengincar Kota Manbij, yang tadinya dikuasai pasukan AS. Kota ini sekarang dikontrol oleh pasukan pemerintah Suriah, yang didukung Rusia. Trump dan Erdogan berkomunikasi lewat telepon soal serangan militer ini.