TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, 43 tahun, memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian 2019 atas peran luar biasa yang dia lakukan untuk membantu mengakhiri perang antara Ethiopia dengan Eritrea selama 20 tahun yang dipicu masalah perbatasan kedua negara.
Ahmed juga meraih pujian dalam perannya membantu menengahi kesepakatan pembagian kekuasaan di Sudan, negara tetangga Ethiopia, setelah krisis politik yang mengakibatkan penangkapan presiden Omar al-Bashir, yang berkuasa selama hampir 3 dekade.
"Sebagai Perdana Menteri, Abiy Ahmed berupaya mempromosikan rekonsiliasi, solidaritas, dan keadilan sosial." kata Berit Reiss-Andersen, ketua Komite Nobel Norwegia, seperti dikutip dari CNN, 11 Oktobr 2019.
"Upaya Abiy layak diakui dan butuh dorongan," ujar Komite Nobel Norwegia saat penganugerahan Nobel Perdamaian 2019 di Oslo, kemarin.
Mengingat, masih banyak tantangan yang belum dapat diselesaikan. Misalnya perselisihan antar suku yang memanas. dan sejumlah masalah lainnya yang terjadi baru-baru ini dan beberapa bulan terakhir.
Ahmed di usia mudanya memimpin Ethiopia semakin maju dibandingkan dengan negara-negara lain di benua Afrika.
Setelah terpilih sebagai perdana menteri pada April tahun 2018, Ahmed dalam tempo beberapa bulan membuat keputusan yang berani dan progresif.
Dia membebaskan tahanan politik dan mengecam penyiksaan yang dialami para pelaku kejahatan terhadap tahanan politik. Dia juga membebaskan jurnalis-jurnalis yang dipenjarakan.
Ahmed bertemu oposisi politik dan masyarakat sipil untuk mendiskusikan reformasi Ethiopia, dan mengundang para eksil politik untuk kembali ke Ethiopia.
Ahmed juga melakukan reformasi lembaga-lembaga utama negara itu termasuk sektor keamanan dan kehakiman.
"Di Ethiopia, meski masih banyak pekerjaan yang tersisa, Abiy Ahmed telah memulai reformasi penting yang memberikan warga harapan untuk kehidupan yang lebih baik dan masa depan yang lebih cerah," ujar Reiss-Anderse.
Sastrawan Biniam Getaneh menyebut penganugerahan Nobel Perdamaian kepada Abiy Ahmed merupakan kemenangan besar tidak hanya untuk Ahmed namun juga Ethiopia dan Afrika.
Ada peristiwa menarik saat Abiy Ahmed dinominasikan sebagai peraih Nobel Perdamaian. Pihak Komite Nobel tidak dapat mengontak Ahmed sebelum pengumuman nominasi ke publik.
Ahmed belakangan meresponsnya lewat akun Twitter resmi kantor Perdana Menteri Ethiopia dengan mengungkapkan kegembiraannya atas nominasi meraih Nobel Perdamaian 2019.