TEMPO.CO, Halle – Para pemimpi Yahudi mendesak pemerintah Jerman bertindak untuk melindungi komunitas di tengah kemunculan kelompok ekstrimis sayap kanan dan insiden penembakan sinagoga.
Desakan ini muncul pasca penembakan dua orang yang terjadi pada saat Hari Yom Kippur di Jerman.
Dua orang tewas tertembak di Kota Halle pada Rabu, 9 Oktober 2019, dengan sinagoga juga menjadi target.
Media Jerman menyebut pelaku serangan adalah Stephan Balliet, 27 tahun, yang merekam serangan dengan senjata api itu dan menunggah videonya di Internet.
“Sinagoga di Halle tidak dijaga polisi pada hari libur Yom Kippur merupakan sebuah skandal,” kata Josef Schuster, kepala Dewan Pusat Yahudi di Jerman, seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 10 Oktober 2019. “Keteledoran ini dibayar dengan mahal.”
Sedangkan Ronald Lauder, yang mengepalai Kongres Yahudi Internasional, menekankan,”Kita butuh tindakan dan bukan kata-kata.” Dia mendesak pemerintah untuk membangun front bersama menghadapi kelompok neo-Nazi dan kelompok ekstrimis lainnya.
“Fakta bahwa 75 tahun pasca Holocaust kelompok seperti itu berpengaruh lebih besar di Jerman menunjukkan sesuatu,” kata Lauder.
Serangan brutal itu ditayangkan secara live selama 35 menit di platform Twitch dan sempat ditonton oleh sekitar 2.200 orang menurut manajemen platform itu. Tindakan ini mengingatkan publik pada serangan brutal terhadap jamaah dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019.
Pelaku serangan bernama Brenton Tarrant, yang menyuarakan sentimen anti imigran dan mendukung kelompok supremasi kulit putih.
Polisi berhasil menangkap Balliet setelah terjadi tembak menembak, yang melukai tersangka.
Media The Times dari Inggris melansir pelaku Balliet sempat mencoba masuk ke dalam sinagoga dengan membawa sejumlah bahan peledak namun gagal. Dia lalu mulai menembaki orang-orang di luar.