TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen bersumpah akan bekerja sama dengan otoritas Thailand menangkap pendukung pemimpin oposisi, Sam Rainsy yang berencana melakukan kudeta pada 9 November 2019 di Bangkok.
Hun Sen mengatakan para aktivis oposisi Kamboja yang saat ini tinggal di Thailand sebagai eksil akan ditangkap karena mereka akan melakukan kudeta.
Dalam beberapa hari terakhir, menurut Hun Sen, sejumlah aktivis mantan anggota partai oposisi, CNRP ditangkap atas tuduhan berkonspirasi untuk menjatuhkan pemerintah. Ada yang ditangkap saat mencoba melarikan diri dari satu provinsi ke provinsi lain.
"Mereka yang saat ini tinggal di Bangkok, jangan berpikir anda semua aman. Saya akan membawa anda pulang. Jangan lupa otoritas Kamboja dan Thailand bekerja sama," kata Hun Sen, seperti dilaporkan Khmer Times, 8 Oktober 2019.
Sebelumnya, Hun Sen mengancam akan mengerahkan militer dan memotong jari tangan para pendukung Sam Rainsy jika menunjukkan simbol 9 dengan jari-jarinya. Angka 9 itu sebagai simbol kepulangan Sam Rainsy pada 9 November mendatang.
Tak hanya warga Kamboja yang diancam, Hun Sen juga mengancam pemilik akun Facebook yang memberi komentar dukungan kepada Sam Rainsy akan ditangkap.
"Ini bukan kemerdekaan berpendapat namun ini dipertimbangkan sebagai keterlibatan dalam upaya mendongkel pemerintah. Saya tidak akan mengizinkan hal ini terjadi. Saya telah bekerja berat," ujarnya.
Pengadilan di kota Phnom Penh telah mendakwa lima mantan aktivis CNRP melakukan konspirasi untuk memobilisasi dan mengambil bagian untuk menjatuhkan pemerintahan.
Pengadilan provinsi Oddar Meanchey juga telah mendakwa dua mantan aktivis CNRP karena berkonspirasi untuk menggulingkan pemerintahan.
Sam Rainsy, pimpinan partai CNRP, meluncurkan kampanye sembilan jari untuk mendukung kepulangannya ke Kamboja yang dianggap sebagai upaya mengkudeta pemerintahan Hun Sen.