TEMPO.CO, London – Chief Executive Saudi Aramco, Amin Nasser, mengatakan serangan kepada kilang minyak di Arab Saudi bisa terus berlanjut jika tidak ada respon bersama dunia internasional.
Serangan yang terjadi pada September 2019 itu menyebabkan harga minyak sempat melonjak 20 persen sebelum kembali tenang.
“Tanpa adanya respon internasional untuk mengambil langkah kongkrit, pelaku penyerangan bisa merasa semakin berani dan membuat pasokan energi dunai berisiko semakin besar,” kata Nasser kepada audiens Konferensi Oil & Money di London, Inggris, seperti dilansir Reuters pada Rabu, 9 Oktober 2019 seperti dilansir Reuters.
Nasser mengatakan Aramco bakal mampu mencapai kapasistas produksi minyak maksimum sebanyak 12 juta barel per hari pada akhir Nopember.
Seperti dilansir Channel News Asia, Saudi dan Amerika Serikat menuding militer Iran sebagai pelaku serangan drone dan rudal, yang menyasar dua instalasi minyak Saudi.
Baca Juga:
Pemerintah Iran membantah tudingan ini dan menyebut kelompok Houthi sebagai pelakunya.
Houthi, yang merupakan sekutu Iran dalam perang di Yaman, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Namun, kecanggihan serangan itu membuat Saudi dan AS tidak meyakini bisa dilakukan oleh milisi Houthi, yang mendapat suplai senjata dari Iran.
Milisi Houthi bertempur melawan militer Saudi di Yaman. Saudi mendukung pemerintah Yaman menghadapi milisi Houthi, yang menguasai ibu kota Sana.
Nasser juga pernah mengatakan saat ini produksi minyak Arab Saudi mencapai sekitar 9.9 juta barel per hari. Dia mengaku serangan kemarin tidak berdampak pada rencana penawaran saham perdana Saudi Aramco ke publik.