TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat menarik mundur pasukannya dari Suriah utara pada Senin, setelah Turki berencana menyerang milisi SDF Kurdi yang merupakan sekutu AS.
Pimpinan pasukan Kurdi menyebut keputusan AS sama saja menikam dari belakang, karena milisi Kurdi telah menjadi sekutu tempur AS memerangi ISIS di Suriah.
Pasukan, yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Suriah (SDF) Kurdi, menuduh Washington mengingkari sekutunya, memperingatkan hal itu akan memiliki dampak "sangat negatif" pada perang melawan militan.
"Pasukan Amerika tidak memenuhi komitmen mereka dan menarik pasukan mereka dari daerah perbatasan dengan Turki, dan Turki sekarang sedang mempersiapkan operasi invasi Suriah utara dan timur," kata SDF dikutip dari Sputnik.
Seorang pejabat AS bereaksi terhadap tindakan tersebut dengan mengatakan warga sipil harus dibebaskan dari operasi Turki di timur laut, berharap PBB bisa mengendalikan pengungsi dan mencegah kekerasan.
Baca Juga:
"Kami berharap yang terbaik tetapi bersiap untuk yang terburuk," kata Panos Moumtzis, koordinator kemanusiaan regional untuk krisis Suriah, seperti dikutip dari Reuters, 7 Oktober 2019.
Milisi di perbatasan keamanan baru di bawah komando Syrian Democratic Forces (SDF) menari selama prosesi kelulusan di Hasaka, timur laut Suriah, 2 januari 2019.[REUTERS]
Seorang pejabat AS mengatakan pasukan Amerika telah ditarik dari dua pos pengamatan di perbatasan, di Tel Abyad dan Ras al-Ain, dan telah mengatakan kepada komandan SDF bahwa Amerika Serikat tidak akan mempertahankan SDF dari serangan Turki yang akan segera terjadi.
"Turki akan segera bergerak maju dengan operasinya yang telah lama direncanakan ke Suriah Utara," kata Gedung Putih setelah Presiden Donald Trump berbicara kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan pada hari Minggu.
"Angkatan Bersenjata Amerika Serikat tidak akan mendukung atau terlibat dalam operasi itu, dan pasukan Amerika Serikat, setelah mengalahkan Kekhalifahan teritorial ISIS, tidak akan lagi berada di daerah dekat," tambahnya.
SDF menuduh Washington mengkhianati sekutunya. Pejabat SDF Mustafa Bali mengatakan pasukan AS meninggalkan meninggalkan daerah yang akan menyebabkan menjadi zona perang.
Presiden Turki Erdogan mengatakan pasukan AS mulai menarik diri dari bagian timur laut Suriah setelah dia menelepon Trump. Dia mengatakan dia berencana untuk mengunjungi Washington untuk bertemu Trump pada paruh pertama November di mana mereka akan membahas rencana pembentukan "zona aman."
Turki telah lama berargumen untuk pembentukan "zona aman" sepanjang 32 km di sepanjang perbatasan, di bawah kendali Turki, mendorong kembali milisi YPG Kurdi Suriah, yang merupakan kekuatan dominan dalam aliansi SDF dan yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris.
Amerika Serikat membantu YPG mengalahkan militan ISIS di Suriah, dan telah mencari mekanisme keamanan bersama dengan Turki di sepanjang perbatasan Suriah, untuk memenuhi kebutuhan keamanan Turki tanpa mengancam SDF Kurdi.