TEMPO.CO, Jakarta - Taiwan pada Senin, 7 Oktober 2019, menuding Cina telah mempraktikkan ekspansi otoriter di kawasan Pasifik. Tuduhan itu berkaca pada sejumlah laporan yang mengungkap rencana kehadiran militer Cina di dua negara di kawasan Pasifik yang baru-baru ini mengubah arah kesetiaan diplomatiknya dari Beijing ke Taipe.
Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mendesak negara-negara termasuk Amerika Serikat agar melawan gerakan Cina yang ingin menghilangkan kehadiran Taiwan di Pasifik.
"Saya tentu tidak ingin melihat kawasan Pasifik berubah menjadi bentuk lain Laut Cina Selatan, dimana kita mengeluh dan sudah terlalu terlambat bagi kita untuk melakukan sesuatu," kata Wu, mengacu pada gerakan Cina membangun instalasi militer pada pulau-pulau buatan di Laut Cina Selatan, sebuah wilayah perairan yang masih dipersengketakan.
Atas komentar Wu itu, Kementerian Luar Negeri Cina belum memberikan komentar.
ilustrasi bendera Amerika Serikat dan Taiwan. Sumber: Brookings Institution/Reuters
Taiwan saat ini berada dalam tekanan dari Beijing sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memangku jabatan pada 2016. Cina menduga Tsai mendorong Taiwan agar melepaskan diri dari Cina dan menjadi sebuah negara merdeka, dimana hal ini amat ditentang oleh Beijing.
Taiwan menuding Cina telah mencoba mencampuri pemilu presiden Taiwan yang akan diselenggarakan pada Januari 2020. Dalam pemilu itu, presiden Tsai kembali mencalonkan diri. Tuduhan itu dibantah oleh Beijing.
Amerika Serikat, yang memiliki hubungan penuh dengan Cina dalam masalah perdagangan, pertahanan dan teknologi, menjunjung tinggi apa yang dikenal sebagai kebijakan satu-Cina - yang secara resmi mengakui Beijing dan bukan Taipei. Namun saat bersamaan, Amerika Serikat membantu Taiwan.