TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Irak mengatakan pemerintah perlu melakukan lebih banyak upaya pemberantasan korupsi setelah demonstrasi di Irak telah menewaskan 41 orang.
Demonstrasi sepekan terakhir melibatkan ribuan orang dan protes terbesar dalam sepuluh tahun terakhir. Rakyat Irak frustasi dengan penanganan korupsi, kurangnya layanan dasar, dan tingkat pengangguran yang semakin meningkat.
Baca Juga:
Dikutip dari CNN, 5 Oktober 2019, pada Jumat Perdana Menteri Adil Abdulmahdi menyebut pendemo menuntut pemerintah agar lebih tegas memberantas korupsi.
Abdul-Mahdi mengatakan pemerintah akan membuat sebuah proyek untuk menawarkan upah dasar bagi orang miskin sehingga semua keluarga Irak dapat hidup bermartabat.
"Setiap orang harus menghormati aturan hukum yang dengannya setiap orang dapat hidup dalam keamanan dan stabilitas," tambahnya.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi juga menyerukan agar semua pendemo menenangkan diri, tetapi pengunjuk rasa mencemooh janjinya tentang reformasi politik.
Moqtada al-Sadr, seorang ulama dan pemimpin politik populis yang memiliki banyak pengikut di jalan Irak, mengatakan pemilihan baru harus segera digelar.
"Hormati darah Irak melalui pengunduran diri pemerintah dan persiapan untuk pemilihan awal yang diawasi oleh pemantau internasional," tulis pernyataannya dikutip dari Reuters.
Para pengunjuk rasa memegang peluru yang mereka katakan milik polisi Irak saat demonstrasi di Baghdad pada hari Selasa, 1 Oktober 2019.[CNN]
Di jalan-jalan Baghdad, polisi tampaknya mengincar pendemo individu. Jurnalis Reuters melaporkan melihat seorang tersungkur ke tanah setelah ditembak di kepala. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Di tempat lain, seorang kru televisi Reuters melihat seorang pria terluka parah oleh tembakan di leher setelah penembak jitu di atap rumah menembaki kerumunan. Penembakan sporadis bisa terdengar di Baghdad hingga larut malam.
Polisi menembak mati tiga orang yang berusaha menyerbu markas besar pemerintah provinsi di kota Diwaniya selatan, kata polisi dan petugas medis.
Menurut CNN, setidaknya 41 orang tewas, dan 1.623 orang lainnya cedera dalam protes yang sedang berlangsung, Ali Akram al-Bayati, anggota Komisi Tinggi Independen untuk Hak Asasi Manusia Irak. Sementara Reuters mencatat ada 65 korban tewas selama tiga hari demonstrasi.
Dari mereka yang terbunuh dalam laporan CNN, 38 adalah pengunjuk rasa dan tiga adalah petugas keamanan. Menurut al-Bayati, 363 personel keamanan Irak dan 1.261 demonstran termasuk di antara mereka yang terluka.
Pasukan keamanan Irak telah menahan 454 orang sejak protes meletus di beberapa kota Irak pada hari Selasa, kata al-Baiyati. Di antara mereka yang ditahan, 287 telah dibebaskan.
Al-Bayati dari Komisi Tinggi Independen untuk Hak Asasi Manusia Irak meminta organisasi internasional untuk segera membantu ratusan orang yang terluka ketika rumah sakit kehabisan persediaan darah saat demonstrasi di Irak.