TEMPO.CO, Washington – Komandan Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat, Wakil Laksamana Jim Malloy, mengatakan militer Iran belum mengendurkan kesiagaan pasca serangan drone dan rudal ke dua instalasi pengolahan minyak mentah Arab Saudi pada 14 September 2019.
“Saya tidak percaya mereka mundur sama sekali,” kata Malloy, yang berbasis di Bahrain, seperti dilansir Reuters pada Jumat, 4 Oktober 2019.
Sejumlah negara seperti Arab Saudi, AS, Inggris, Prancis dan Jerman, telah menuding militer Iran berada di balik penyerangan instalasi kilang minyak Saudi.
Pemerintah Iran membantah tudingan ini dan menyebut kelompok Houthi sebagai pelaku. Sedangkan kelompok Houthi, yang berperang melawan pasukan Saudi di Yaman, mengklaim bertanggung jawab.
Serangan ini sempat membuat harga minyak mentah dunia naik sebelum kembali turun.
Ini karena otoritas Saudi mengatakan proses pemulihan operasi kedua instalasi bisa dilakukan pada akhir September dengan mengerahkan banyak pekerja.
Malloy tidak menyebut adanya temuan intelijen AS terkait militer Iran tadi. Namun, dia mengaku telah memantau pergerakan militer Iran secara dekat termasuk pergerakan rudal mereka.
“Kami biasa memonitor secara teratur apakah rudal itu masuk ke ruang penyimpanan, atau keluar dari ruang penyimpanan,” kata dia. “Saya mendapat laporan rutin setiap hari dan penjelasan mengenai maknanya.”
Hubungan AS dan Iran memburuk pasca keputusan Trump untuk menarik AS keluar dari Perjanjian Nuklir Iran 2015. Dia lalu menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim pasukan ke kawasan Timur Tengah.
Iran menuding AS hendak menyerang secara militer dan menyiagakan pasukan di perbatasan. Belakangan, rencana pertemuan Trump dan Rouhani di New York batal. Iran mengirim sinyal siap membuat kesepakatan baru soal nuklir dengan AS.
Soal serangan ke kilang Saudi, Malloy mengatakan itu merupakan operasi klandestin. “Bantah jika bisa. Kirim sinyal, ganggu dan provokasi,” kata petinggi militer Amerika ini.