TEMPO.CO, New York – Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan dia akan mundur dari jabatan sebelum digelarnya Pemilihan Umum Malaysia pada 2023.
“Saya berjanji akan turun sebelum pemilu berikutnya dan memberi kesempatan kepada kandidat lain. Jadi saya mungkin punya waktu paling banyak tiga tahun,” kata dia dalam sebuah dialog dengan lembaga Dewan Urusan Luar Negeri atau Council on Foreign Relations, yang merupakan sebuah lembaga pemikir di New York seperti dilansir Channel News Asia pada 27 September 2019.
Mahathir, 94 tahun, mengatakan dia perlu mencapai beberapa hal dalam tiga tahun masa pemerintahannya, seperti dilansir kantor berita Bernama.
Isu transisi kekuasaan menjadi pembicaraan banyak pihak sejak Mahathir muncul kembali ke pentas politik Malaysia. Dia memimpin koalisi partai politik bernama Pakatan Harapan, yang memenangkan pemilu 2018.
Koalisi ini mengalahkan koalisi Barisan Nasional, yang dipimpin UMNO dan sempat berkuasa 22 tahun. Di bawah kesepakatan Pakatan Harapan, Anwar Ibrahim, yang menjadi Presiden Partai Keadilan Rakyat, bakal menggantikan posisi Mahathir sebagai PM. Saat ini, Anwar telah menjadi anggota parlemen dari daerah Port Dickson.
Anwar mendapat pengampunan raja pada 2018 sehingga dibebaskan beberapa hari setelah PH memenangkan pemilu Mei 2018. Dia dipenjara dalam kasus seksual.
Politisi dari PKR menyebut ada kesepakatan Anwar menjadi PM setelah Mahathir berkuasa 2 tahun. Mahathir mengatakan dia akan menghormati janji menyerahkan kekuasaan ke Anwar namun enggan berkomitmen menyebut tanggal pasti.
Dalam wawancara dengan media asing, Anwar Ibrahim mengatakan dia berharap akan menjadi PM pada tahun depan. “Ada pemahaman waktunya sekitar tahun itu. Tapi saya pikir saya tidak perlu terlalu detil mengenai bulannya,” kata Anwar.