TEMPO.CO, Jakarta - Partai Arab Israel mendadak membatalkan koalisinya dan menolak mendukung Benny Gantz, pesaing utama PM Benjamin Netanyahu dalam pemilu Israel.
Menurut mereka, kebijakan Benny Gantz sama saja dengan kebijakan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang banyak dicerca oleh minoritas Arab.
Menurut New York Times, 26 September 2019, keputusan Partai Balad dikritik karena menahan dukungan untuk Gantz, dan telah meningkatkan peluang Netanyahu untuk mempertahankan jabatannya sebagai perdana menteri.
Pemimpin Partai Balad, Mtanes Shehadeh, mengatakan dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Haaretz bahwa sebagian besar kritik itu adalah tidak berdasar dan tidak berdasar secara politis. Dia mengatakan bahwa dukungan untuk Gantz akan mengharuskan Partai Balad menyimpang dari prinsip-prinsip ideologis.
Hasil yang tidak pasti dari pemilu Israel pekan lalu membuat Presiden Reuven Rivlin harus memutuskan yang mana dari dua pesaing utama yang harus memiliki hak pertama untuk membentuk pemerintah koalisi. Pada hari Rabu, Rivlin memilih Netanyahu, yang memiliki 28 hari untuk mengumpulkan mayoritas parlemen setidaknya 61 kursi.
Penjelasan Shehadeh tentang posisi Balad datang tiga hari setelah sesama anggota parlemen Arab Israel di koalisi Arab Joint List, faksi terbesar ketiga di Knesset yang baru terpilih, Parlemen Israel, mengumumkan mereka merekomendasikan Gantz untuk menciptakan mayoritas yang diperlukan untuk mencegah Netanyahu menjabat lagi.
Benjamin Gantz. REUTERS/Ammar Awad
Pengumuman Arab Joint List itu tampak seperti pukulan bagi Netanyahu, perdana menteri petahana, yang berada di bawah dakwaan korupsi dan masa depan politiknya masih diragukan.
Keputusan koalisi adalah langkah luar biasa bagi anggota parlemen Arab Israel, yang sebagian besar mengambil keputusan tentang siapa yang harus memimpin Israel, tetapi merasa berkewajiban untuk membuat pengecualian tentang Netanyahu. Dua puluh persen warga Israel adalah orang Arab Israel, yang sangat tidak mempercayai dia.
Netanyahu telah dikritik karena sikapnya yang anti-Arab untuk menggalang basis dukungan di partai sayap kanannya Likud dan sekutu-sekutu partai agama Yahudi.
Meskipun demikian Balad, yang memiliki tiga dari 13 kursi Arab Joint List, tidak bergabung mendukung Gantz. Bahkan jika Balad bergabung, tidak jelas apakah akan membuat perbedaan dalam prospek untuk Gantz, yang belum mencari dukungan dari orang Arab Israel.
Benny Gantz, mantan kepala staf militer Israel, memimpin perang 50 hari melawan kelompok-kelompok militan di Gaza lima tahun yang lalu, dan berbagi banyak pandangan yang sama dengan Benjamin Netanyahu mengenai identitas Yahudi, keamanan dan Palestina di wilayah-wilayah pendudukan.