TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Mesir diperkirakan akan kembali melakukan unjuk rasa pada Jumat, 27 September 2019, waktu setempat untuk menuntut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi melepaskan jabatan. Terkait rencana unjuk rasa itu, muncul banyak tagar di media sosial yang mendesak masyarakat Mesir agar turun ke jalan melakukan unjuk rasa damai.
Dikutip dari aljazeera.com, lebih dari dua ribu orang sudah ditahan oleh otoritas Mesir dalam unjuk rasa yang meletup di sejumlah kota di Mesir pada akhir pekan lalu untuk menuntut Presiden Sisi mundur. Ribuan masyarakat Mesir turun ke jalan melawan pemerintah Mesir setelah muncul tuduhan adanya korupsi pada Sisi dan lingkaran keluarganya yang dikenal hidup mewah.
“Saya tidak punya keraguan kalau pemerintahan absolut el-Sisi akan mengarah pada bencana. Masyarakat Mesir menginginkan kepergiannya hari ini atau besuk,” kata Nafaa, warga Mesir.
Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Mesir. Sumber: Wikipedia
Nafaa saat ini masuk dalam demonstran yang ditahan oleh otoritas Mesir setelah sebelumnya Hazem Hosny mantan Juru Bicara Panglima Militer Sami Anan. Khaled Dawoud, Kepala Partai Al-Doustor, yang selama ini dikenal kritis terhadap kebijakan Presiden Sisi, juga sudah ditahan.
Sejumlah analis dan politikus mengatakan gelombang unjuk rasa yang terjadi di Mesir saat ini menggambarkan ketidakamanan dan kerapuhan pemerintahan Mesir sekarang, di tengah kondisi perekonomian yang diselimuti kesengsaraan dan kemiskinan.
“Penahanan para demonstran itu menunjukkan rezim mengabaikan masyarakat Mesir dan tutup mata akan betapa mengerikannya ini,” kata Ayman Nour, salah satu pemimpin oposisi Mesir dan mantan kandidat presiden Mesir.
Sebelumnya pada Rabu, 25 September 2019, aparat keamanan menahan sejumlah tokoh intelektual paling berpengaruh di Mesir dan tokoh masyarakat. Diantara mereka yang ditahan adalah Hassan Nafaa, profesor bidang ilmu politik dari Universitas Kairo yang juga penulis kolom yang andal.