TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara pada Jumat, 27 September 2019, mengungkap minimnya kemajuan dalam menerapkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kantor berita KCNA dalam pemberitaan menulis, Pyongyang saat ini ragu bakal dilakukan lagi pertemuan ke dua pemimpin itu.
“Amerika Serikat tidak melakukan apapun dalam menerapkan poin-poin yang tertuang dalam pernyataan bersama dari pertemuan pertama Kim dan Trump di Singapura tahun lalu,” kata penasehat Menteri Luar Negeri Korea Utara Kim Kye Gwan, seperti diwartakan KCNA.
Kim Kye Gwan juga mengatakan Pyongyang mengkritik latihan militer gabungan yang dilakukan Amerika Serikat dan Korea Selatan serta beratnya sanksi-sanksi ekonomi dan tekanan yang diarahkan ke Korea Utara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump saling tersenyum saat berbincang dalam pertemuan di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam, Rabu, 27 Februari 2019. REUTERS
Dikutip dari reuters.com, Jumat, 27 September 2019, rangkaian perundingan Presiden Trump dan Kim Jong Un ditujukan untuk membongkar program-program nuklir dan rudal Korea Utara. Namun rencana itu mandek sejak pertemuan kedua Trump dan Kim Jong Un pada Februari 2019 di Vietnam gagal. Pyongyang telah mengutarakan itikadnya untuk memulai kembali perundingan dengan Amerika Serikat, hanya saja tanggal atau lokasi pertemuan belum ditentukan.
Dalam keterangan resmi Korea Utara juga menyoroti sejumlah politikus di Washington terobesesi dengan pernyataan kalau Korea Utara bisa mendapatkan sebuah masa depan yang cerah hanya ketika Pyongyang mengabaikan program nuklirnya. Sedangkan pandangan kalau sanksi-sanksi kepada Korea Utara bisa membuat negara itu mau berdialog, adalah cara pandangan yang membingungkan.
“Ini semua membuat saya ragu apakah sebuah terobosan bisa membawa hubungan Korea Utara – Amerika Serikat ke lembaran baru lewat dilakukannya lagi perundingan,” kata Kim Kye Gwan.
Menurutnya, sikap politik dan keputusan Trump berbeda dari presiden-presiden Amerika Serikat sebelumnya. Saat ini, Korea Utara ingin berharap pada kebijaksanaan Trump dan keputusannya yang berani.