TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden Prancis, Jacques Chirac yang dikenang sebagai penentang Amerika Serikat melakukan invasi Irak meninggal dalam usia 86 tahun pada hari Kamis, 26 September 2019.
Kabar kematian Chirac diungkapkan menantunya, Frederic Salat-Baroux kepada The Associated Press:"Meninggal dalam damai, dikeliling orang-orang yang menyayanginya."
Menurut laporan TIME, Frederic tidak menyebutkan penyebab kematian Chirac. Meski pria yang menjadi presiden dari tahun 1995 hingga 2007 telah menderita sejumlah penyakit sejak dia tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Chirac dikenang sebagai presiden yang penuh warna, baik dalam garis kebijakannya sebagai presiden dan perdana menteri, hingga sebagai seorang pria menikah yang beberapa kali ketahuan menyelingkuhi istrinya, Bernadette.
Keputusannya yang paling dikenang dunia adalah menentang invasi Irak. Sikapnya itu berseberangan dengan presiden AS saat itu, George W.Bush dan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Chirac juga dicatat sebagai presiden Prancis pertama yang mengaku keterlibatan negara itu dalam tragedi Holocaust.
Pria bertubuh tinggi dan ramah menjadi figur politisi favorit Prancis. Chirac dikenang sebagai pemimpin dunia yang memperjuangkan PBB dan multipolarisme sebagai penyeimbang dominasi global Amerika Serikat.
Chirac juga membela pemberian subsidi pertanian yang diprotes oleh Uni Eropa saat itu.
Chirac lahir tahun 1932 dan menikahi Bernadette pada 1956. Beberapa kali ketahuan berselingkuh, namun pernikahan pasangan ini bertahan hingga Chirac menghembuskan nafas terakhirnya. Pernikahan mereka dikaruniai 2 anak.
Mengawali karir politiknya tahun 1960 saat dia bekerja pada mantan presiden dan mantan pahlawan perlawanan Prancis, Charles de Gaulle.
Ambisi Chirac yang menggebu dalam karir politiknya, membuat Chirac mendapat julukan Le Bulldozer.
Chirac menjagat sebagai perdana menteri tahun 1974 di masa presiden Valery Giscard d'Estaing. Setelah menunaikan tugasnya, ia terpilih sebagai wali kota Paris tahun 1977 untuk selama 18 tahun mengemban jabatan itu.
Ia kemudian kembali terpilih sebagai perdana menteri tahun 1986, di masa presiden Francois Mitterrand hingga 1988.
Chirac terpilih menjadi presiden pada tahun 1995. Setelah jabatannya sebagai presiden Prancis berakhir tahun 2007, Chirac kehilangan hak immunitas. Dia menjalani pemeriksaan dugaan korupsi semasa menjadi wali kota Paris. Dia diputus bersalah namun tidak pernah dikirim ke penjara.
Jacques Chirac, perokok dan menyukai kehidupan mewah menderita sejumlah penyakit. Bahkan saat menjabat sebagai presiden Prancis pada tahun 2005, Chirac terkena stroke yang membuatnya menjalani perawatan di rumah sakit setiap minggu. Dia juga dipasangi alat pemacu jantung tahun 2008.