TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi sangat yakin Iran dalang serangan drone terhadap dua fasilitas minyaknya dan akan mempertimbangkan sebuah respon militer setelah investigasi rampung dilakukan.
"Kami ingin memobilisasi dukungan internasional dan mengunci sejumlah opsi, diantaranya opsi yang dipertimbangkan adalah opsi diplomatik, ekonomi dan opsi militer sebelum akhirnya opsi diputuskan," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir di sidang umum PBB, seperti dikutip dari reuters.com, Kamis, 25 September 2019.
Kendati melihat opsi militer, namun al-Jubeir meyakinkan pihaknya sangat menghindari perang. Kerajaan Arab Saudi hanya ingin memberikan sinyal kalau Iran tidak bisa terus-menerus berperilaku seperti itu.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al Jubeir menghadiri wawancara dengan Reuters di Riyadh, Arab Saudi, 16 November 2017. [REUTERS / Faisal Al Nasser]
Menurut al-Jubeir, PBB telah membantu mereka mengidentifikasi siapa yang melakukan serangan drone terhadap dua fasilitas pengolahan minyak mentah Arab Saudi pada 14 September 2019. Serangan itu untuk sementara memukul produksi lebih dari 5 persen minyak dunia dan membuat harga minyak naik.
"Investigasi yang adil akan segera diselesaikan, mungkin dalam hitungan minggu," kata al-Jubeir.
Sebelumnya kelompok radikal Houthi di Yaman sudah mengklaim bertanggung jawab atas serangan di fasilitas pengolahan minyak Abaiq dan Khurais. Namun Riyadh dan Washington menyalahkan Iran atas serangan itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan tidak ada bukti serangan berasal dari Yaman. Sedangkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan pada negara-negara di dunia agar bergabung dengan Amerika Serikat menekan Iran atas serangan itu, namun ada jalan bagi perdamaian. Tehran menyangkal keterlibatan mereka dalam serangan tersebut.