TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah rekaman video menunjukkan sejumlah warga minoritas Muslim Uighur dalam keadaan mata tertutup kain. Mereka berjalan menunduk dalam keadaan terikat sambil dikawal puluhan polisi Cina memasuki sebuah stasiun kereta api.
Warga diduga sedang dipindahkan ke kamp penahanan di Provinsi Xinjiang, Cina bagian barat laut.
Video ini diunggah pada pekan lalu oleh akun War on Fear. Klip video rekaman ini juga muncul di akun Twitter @warcombatfear.
“Tujuan kami adalah melawan rasa takut,’ begitu isi deskripsi video ini seperti dilansir News pada Ahad, 22 September 2019.
Deskripsi video ini, yang belum bisa dipastikan keasliannya, mengatakan rekaman video itu dibuat di Cina. “Ini merupakan penindasan jangka panjang HAM dan kebebasan fundamental oleh pemerintah Cina di Wilayah Otonom Uighur Xinjiang,” begitu isi video itu.
Keterangan video juga menyatakan masyarakat saat ini selalu berada dalam pengawasan pemerintah menggunakan teknologi canggih. “Rakyat kehilangan kebebasannya. Para pemimpin Partai Komunis Cina menyebut diri mereka patriotik dan cinta rakyat. Kenyataannya, mereka hanya cinta partai dan kekuasaan,” begitu bunyi pesan itu.
Seorang pejabat keamanan di Eropa megatakan kepada Sky News bahwa rekaman itu diyakini sebagai otentik. Kemungkinan, video itu direkam pada awal tahun. “Kami telah memeriksa video itu dan meyakininya sebagai asli,” kata pejabat yang enggan disebut namanya ini.
Pejabat itu melanjutkan,”Rekaman video itu menunjukkan ada 600 tahanan sedang dipindahkan. Mereka terkat satu sama lain dan kepalanya dicukur serta matanya ditutup kain. Tangan mereka diikat ke belakang. Ini cara khas Cina memindahkan tahanan.”
Soal rekaman video yang mengkhawatirkan ini, Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, mengatakan,”Saya mengetahui ada video yang sangat mengkhawatirkan dan telah dipublikasikan secara online.”
Payne mengatakan,”Saya telah mengangkat isu keprihatinan Australia soal laporan penahanan massal warga Uighur dan warga Muslim lainnya di Xinjiang.”
Menurut Payne, pemerintah Australia telah mendesak pemerintah Cina untuk menghentikan semua penahanan semena-mena warga Uighur dan warga Muslim lainnya.
“Kami telah menangkat isu ini dan akan terus mengangkat isu ini secara bilateral dan internasional,” kata Payne.
Secara terpisah, Reuters melansir Presiden AS, Donald Trump, sedang mempertimbangkan rencana mengritik Cina secara terbuka soal penahanan warga minoritas Muslim Uighur, Xinjiang, dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB di New York pada pekan depan.