TEMPO.CO, Jakarta - Asap di Singapura yang pada Jumat lalu sudah mulai sirna, pada Sabtu, 21 September 2019 kembali lagi menyelimuti negara itu. Gangguan asap ini terjadi pada hari kedua penyelenggaraan balapan Formula 1.
Dikutip dari asiaone.com, kualitas udara sepanjang Jumat malam berdasarkan Indek Standar Polusi atau PSI telah mencapai tingkat tidak sehat. Data PSI pada Sabtu pagi, 21 September 2019, memperlihatkan polusi udara yang semula 92 naik menjadi 97. Angkat itu pun naik dibanding malam sebelumnya dari 66 menjadi 67 per pukul 10 malam.
Pekerja memasang bangku penonton untuk balapan F1 Grand Prix Singapura di kota Singapura yang diselimuti kabut asap, 14 September 2015. Kabut asap ini dikhawatirkan dapat menganggu jarak pandang pembalap F1. AP/Ng Han Guan
Ukuran standar PSI untuk pencemaran udara, yakni 0 sampai 50 mengindikasikan kualitas udara bagus. Sedangkan 51 - 100 pencemaran udara dalam tingkat moderat dan 101 sampai 200 pencemaran udara masuk kategori tidak sehat.
Kualitas udara dianggap sangat tidak sehat ketika angka PSI menunjukkan 201 sampai 300 dan berbahaya ketika angka PSI terbaca lebih dari 300.
Kondisi ini tak pelak membuat balapan F1 terganggu. Badan Lingkungan Nasional Singapura atau NEA mengatakan indikator kualitas udara saat ini masih lebih baik dibanding pada Jumat pagi pukul 10.00.
Dalam sebuah penjelasan singkat, NEA mengatakan berharap ukuran tingkat pencemaran udara PSI pada Minggu, 22 September nanti bisa turun dari level saat ini. Namun dalam beberapa hari ke depan, NEA memperkirakan udara kemungkinan kering di wilayah selatan Pulau Sumatera, Indonesia, sumber yang berdasarkan pengalaman biasanya 'mengirimkan' asap ke Singapura.
Jika angin bertiup dari arah itu, maka balapan F1 dilakukan dalam kondisi diselimuti asap dan angka tingkat pencemaran udara berdasarkan PSI bakal naik lagi.