TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga mendiang Daphne Caruana Galizia, wartawan asal Malta yang tewas dibunuh, melakukan protes atas komite yang dibentuk oleh Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat. Komite itu bertugas melakukan sebuah penyelidikan apakah pemerintah pernah melakukan upaya pencegahan pembunuhan terhadap Galizia.
Penyelidikan ini atas permintaan yang diajukan oleh parlemen Dewan Eropa pada Juni 2019. Komite yang dibentuk itu terdiri dari pensiunan hakim Michael Mallia, pengacara dan ahli hukum konstitusi Ian Refalo serta ahli forensi Anthony Abela Medici.
Daphne Caruana Galizia, wartawan asal Malta yang tewas dibunuh dalam sebuah bom mobil. Sumber: Sky News
Keluarga Caruana Galizia dalam sebuah pernyataan menginginkan sebuah pertemuan dengan Perdana Menteri Muscat untuk mendiskusikan kekhawatiran mereka. Keluarga Caruana Galizia sangat waswas komite yang dibentuk itu tidak cocok dengan tujuannya ketika publik memiliki alasan meragukan independensi atau ketidakberpihakannya komite itu.
Seorang juru bicara di pemerintah Malta mengatakan Perdana Menteri Muscat sangat tersentuh dengan kekhawatiran keluarga Caruana Galizia dan kasus ini.
Sebelumnya Komisi HAM Dewan Eropa mendesak pemerintah Malta untuk membatalkan tuntutan hukum terhadap Caruana Galizia. Komisaris HAM Dewan Eropa, Dunja Mijatovi, dalam suratnya mengatakan ketika Caruana Galizia terbunuh pada Oktober 2017, dia sedang menghadapi lebih dari 40 gugatan pencemaran nama baik sipil dan pidana.
Setelah kematiannya, sekitar 30 gugatan dipindahkan ke keluarganya di bawah hukum sipil Malta yang memungkinkan penuntut untuk melakukan tindakan terhadap ahli waris dari terdakwa yang meninggal.
Caruana Galizia adalah wartawan yang rutin menulis pemberitaan soal korupsi. Dia tewas dalam sebuah bom mobil di luar rumahnya pada 16 Oktober 2017. Tiga laki-laki terduga pelaku pembunuhan akan segera disidangkan, namun kepolisian masih terus melakukan investigasi untuk mengungkap siapa dalang dibalik pembunuhan ini dan apa motifnya.