PBB meninjau Palu
Puluhan siswa-siswi berseragam mengibarkan bendera kecil merah putih ketika rombongan PBB tiba di SDI Jono Oge. Kunjungan 17 September untuk memperingati setahun gempa di mana perwakilan PBB bisa melihat langsung sekolah dasar Jono Oge, satu dari sekian sekolah yang hancur terkena gempa.
Direktur UNDP Indonesia Christophe Bahuet, mengatakan UNDP telah menciptakan program Padat Karya, sebuah program pembersihan puing pascagempa.
"Padat Karya telah membersihkan 2.700 tempat, termasuk 2.000 rumah dan hampir 30 sekolah," kata Bahuet. Proyek Padat Karya melibatkan warga, termasuk perempuan, dengan bekerja sama dengan organisasi kemitraan, BNPB, Bappeda, dan pemerintah daerah.
Namun, tambah Bahuet, masih banyak yang perlu dilakukan dan dicapai. Maka UNDP menciptakan program PETRA dari pemerintah Jerman untuk merehabilitasi infrastruktur terutama pendidikan dan kesehatan. "SDI Jono Oge adalah salah satu dari sekian proyek PETRA dan sekarang sedang dalam tahap desain. Jadi beberapa bulan lagi kita akan memulai proyek pembangunan," lanjut Bahuet.
Sisa bangunan SDI Jono Oge yang tersisa setelah gempa mengguncang 28 September 2019. UNDP melalui program PETRA bersama organisasi kemitraan berkunjung meninjau pembangunan SDI Jono Oge, 17 September 2019. [Eka Yudha/Tempo]
SD Inpres Jono Oge salah satu yang terdampak parah terkena likuifaksi. Hampir seluruh bangunan hancur meninggalkan puing bangunan perpustakaan tak beratap. Beberapa hari kegiatan belajar terhenti. Sekolah darurat dibangun untuk mengakomodasi siswa yang ingin bersekolah.
"Kami sangat terpukul ketika sekolah kami rusak akibat gempa bumi dan likuifaksi," kata Kepala Sekolah SD Inpres Jono Oge, Selvie, kepada rombongan PBB yang berkunjung pada 17 September.
"Anak didik kami berjumlah 270 orang. Yang meninggal lima orang," kata Selvie.
Menurut Selvie, sekolah tidak beroperasi tak hanya karena gedung yang rusak, pun karena guru-guru dan murid mengungsi ke tempat lain. Pihak sekolah mendata kembali untuk mengupayakan bagaimana anak-anak bisa kembali belajar dengan bantuan tenda darurat.
Bagaimanapun, papar Selvie, kegiatan belajar tak senormal dulu, tetapi dengan berkumpul dan bermain bersama di sekolah bisa meringankan beban siswa dan guru. Anak-anak setidaknya bisa melupakan trauma dengan berkumpul bersama teman sekolah mereka.
Pada November 2018, SD Inpres Jono Oge mendapat bantuan sekolah darurat dari pemerintah daerah, PBB, dan LSM. SD Inpres bertahan dengan sekolah darurat semi-permanen itu yang kini digunakan setelah setahun gempa Palu.