TEMPO.CO, Jakarta - Benjamin Netanyahu dan lawannya Benny Gantz saling bersaing ketat memperebutkan kursi Perdana Menteri Israel, namun belum satu pun dari mereka berhasil mengunci suara mayoritas padahal per Selasa, 17 September 2019, sudah 92 persen suara yang dihitung.
Menurut hasil pemungutan suara sementara, Partai Likud yang mengusung Netanyahu dan Partai Kahol Lavan sama-sama memenangkan 32 kursi Knesset atau parlemen dari total 120 kursi yang diperebutkan. Jika Netanyahu ingin melanggengkan kekuasaannya, maka Partai Likud harus mau melakukan kompromi dengan partai-partai sayap kanan dan ultra-Orthodox yang saat ini menguasai 56 kursi. Perhitungan sementara memperlihatkan kubu tengah-kiri termasuk partai-partai Arab mendapatkan 43 kursi.
Dari kiri: pemimpin partai Biru dan Putih, Benny Gantz,, Avigdor Lieberman, kepala partai Yisrael Beitenu, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. REUTERS/Ronen Zvulun, Nir Elias, Amir Cohen
Dikutip dari haaretz.com, Rabu, 18 September 2019, Avigdor Lieberman, Ketua Partai Yisrael Beiteinu yang diproyeksi mendapat 9 kursi, diharapkan bisa menjadi tokoh kunci dalam pemilu Israel kali ini. Namun pada Rabu pagi, dia hanya menegaskan dukungannya bagi persatuan pemerintah Israel dan bebas.
"Gambarannya sudah sangat jelas, hanya ada satu pilihan yaitu persatuan pemerintah yang lebih luas," kata Liberman.
Pemungutan suara Israel 2019 pada Selasa kemarin sebelumnya diproyeksi kalau kubu Netanyahu dari sayap kanan akan mendapatkan 53 - 55 suara. Lieberman mengatakan pihaknya tidak akan bergabung dengan koalisi mana pun. Dia hanya mau bernegosiasi untuk menyusun rancangan soal murid-murid yeshiva ultra-Orthodox menjadi militer Israel, dimana isu ini mengarah pada diulangnya pemilu Israel 2019.