TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat meyakini serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco pada akhir pekan lalu berasal dari arah Iran barat daya.
Tiga pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa serangan itu menggunakan rudal jelajah dan drone atau pesawat nirawak.
Pernyataan ini mengindikasikan tingkat serangan yang kompleks dan canggih dari yang awalnya diperkirakan.
Pejabat AS ini tidak menjelaskan bukti atau data intelijen yang digunakan untuk membuat kesimpulan itu.
Data intelijen terkait ini, jika dipublikasikan, bisa menekan Washington dan Riyadh agar merespon termasuk dengan militer.
“Stasiun televisi Saudi melansir bahwa kementerian Pertahanan Saudi bakal melakukan jumpa pers pada Rabu untuk menunjukkan adanya bukti keterlibatan Iran dalam serangan ke kilang milik Aramco termasuk penggunaan senjata milik Iran,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 17 September 2019.
Pemerintah Iran membantah tudingan keterlibatan negaranya dalam serangan itu. Namun, sekutu Iran dalam perang di Yaman yaitu kelompok Houthi mengaku bertanggung jawab.
Houthi mengatakan mereka menyerang kilang minyak Saudi Aramco menggunakan drone yang dipasangi mesin jet.
Soal ini, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan tampaknya Iran terlibat dalam serangan ke kilang minyak itu. Namun, dia mengatakan meminta bukti untuk menjelaskan siapa pihak yang bisa dipastikan terlibat dalam serangan itu.
Secara terpisah, sekutu AS nampaknya masih belum merasa yakin soal pelaku serangan kilang itu. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan dia merasa tidak yakin jika seseorang memiliki bukti untuk mengatakan drone penyerang berasal dari satu lokasi tertentu.
Soal ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menelpon Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, pada Selasa untuk mendiskusikan soal serangan kilang minyak itu.
Kantor berita Arab Saudi atau SPA melaporkan Macron menawarkan bantuan investigator internasional untuk mengungkap kasus ini.
Pasca serangan ini, pemerintah Arab Saudi meyakinkan pasar minyak internasional bahwa produksi kilang minyak akan kembali pulih pada akhir bulan.
Sedangkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengatakan negaranya tidak akan bertemu dengan Presiden AS Trump kecuali negara itu bersedia untuk kembali ke perjanjian nuklir Iran 2015.
“Pejabat Iran pada level apapun tidak akan pernah bicara kepada pejabat Amerika. Ini adalah bagian dari kebijakan mereka untuk menekan Iran,” kata Khamenei seperti dilansir televisi resmi Iran.
Soal sikap AS terhadap pelaku serangan kilang minyak Aramco, Trump mengatakan dia tidak akan terburu-buru mengambil keputusan.
“Masih ada banyak waktu. Anda tahun, tidak perlu terburu-buru. Kita masih akan ada di sini untuk waktu yang lama. Tidak perlu buru-buru,” kata Trump soal serangan kilang minyak Saudi Aramco.