TEMPO.CO, Jakarta - Tim kemanusiaan PBB, UNDP, pada Selasa, 17 September 2019, mengunjung sekolah dasar SD Inpres Jono Oge di Kabupaten Sigi, setelah setahun gempa Palu, Sulawesi Selatan.
SDI Jono Oge rusak parah akibat gempa Palu pada 28 September 2018. Koordinator PBB di Indonesia Anita Nirody bersama rombongan kemanusiaan disambut meriah para siswa Jono Oge saat berkunjung ke sekolah itu. Para siswa melambai bendera merah putih dan menampilkan tarian.
Kunjungan Tim kemanusiaan PBB ini bagian dari peringatan satu tahun gempa Palu. Christophe Bahuet, Direktur UNDP di Indonesia, mengatakan SDI Jono Oge adalah satu dari 21 sekolah yang masuk program pemulihan PETRA.
PETRA adalah program yang didanai dari bantuan Jerman untuk rekonstruksi pendidikan dan fasilitas umum.
"Kemitraan UNDP dengan pemerintah daerah, BNPB, Bappeda, dan mitra lain bekerja sama dalam program pemulihan ini," kata Bahuet.
Staf UNICEF melihat papan dokumentasi proyek pemulihan pascagempa Palu, Sulawesi Tengah, saat kunjungan UNRC ke SDI Jono Oge, 17 September 2019. [Eka Yudha Saputra/Tempo]
Proyek PETRA, menurut Bahuet, berdasarkan pada dua prinsip, yakni membangun kembali dengan keterlibatan aktif masyarakat. Kedua, menjangkau seluruh bagian masyarakat.
Kepala sekolah SDI Jono Oge, Selvie, mengatakan gempa membuat guru dan ruang belajar diungsikan.
"Proses pembelajaran tidak belajar normal. Rasa trauma juga menjadi masalah saat proses belajar-mengajar," kata Selvie. Dia menambahkan, kegiatan belajar - mengajar setelah gempa Palu dipindahkan ke sekolah darurat yang disediakan pemerintah.
*Catatan koreksi: terdapat perubahan pada paragraf tiga. Sebelumnya tercantum "30 sekolah", kemudian direvisi menjadi "21 sekolah" pada 19 September 2019 pukul 10.30 WIB atas permintaan UNDP.