TEMPO.CO, Jakarta - Kanselir Jerman Angela Merkel berencana memperpanjang penghentian sementara ekspor senjata ke Arab Saudi. Sumber di pemerintah Jerman pada Senin, 16 September 2019, mengatakan langkah itu dilakukan karena berkaca pada perang sipil di Yaman dan penolakan dari Partai Sosial Demokrat untuk mencabut moratorium ini.
Dikutip dari reuters.com, Selasa, 17 September 2019, Kanselir Merkel berasal dari Partai Sosial Demokrat atau SPD, dimana politikus partai SPD sebelumnya sudah setuju dalam sebuah koalisi untuk menghentikan ekspor senjata ke negara-negara yang terlibat dalam konflik di Yaman.
Arab Saudi memimpin koalisi untuk menumpas kelompok radikal Houthi di Yaman selama hampir empat tahun. Konflik ini telah secara luas dilihat sebagai sebuah perang kekuasaan antara Arab Saudi dan Iran.
Jerman menghentikan ekspor senjata terakhir kali pada akhir Maret 2019. Masa penghentian ekspor senjata ini akan berakhir pada 30 September 2019 dan sumber mengatakan rencananya bakal diperpanjang.
Dalam foto 25 Agustus 2018 ini, bayi yang kekurangan gizi, Zahra, digendong oleh ibunya, di desa al-Mashraqah, Aslam, Haji, Yaman. Perang saudara Yaman telah menghancurkan kemampuan negara yang sudah rapuh itu untuk memberi makan penduduknya. Sekitar 2,9 juta wanita dan anak-anak mengalami kekurangan gizi akut, 400.000 anak lainnya berjuang untuk hidup dari kelaparan. (Foto AP / Hammadi Issa)
Baca Juga:
Situs thetimes.co.uk pada Senin, 16 September 2019 mewartakan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Merkel telah menandatangani sebuah kesepakatan untuk mengurangi gesekan atas ekspor senjata Prancis – Jerman ke Arab Saudi. Dalam situs itu ditulis, kesepakatan itu dirancang untuk menghentikan blokade Berlin terhadap langkah pemerintah Prancis menjual senjata yang mengandung komponen-komponen yang dibuat di Jerman ke negara-negara yang catatan HAM-nya dipertanyakan.
Saat ini ada sebuah kemarahan Paris terhadap kebijakan HAM Jerman, yang disebut Perancis merusak upaya untuk bergerak ke arah pertahanan Eropa. Silang pendapat ini telah membayang-bayangi upaya kedua negara untuk meluncurkan kembali aliansi mereka.
Berdasarkan Stockholm International Peace, Prancis adalah eksportir senjata terbesar ketiga di dunia dengan 6,8 persen dipasok ke pasar dunia. Urutan pertama diisi oleh Amerika Serikat dengan 36 persen dan 21 persen senjata di pasar dunia dipasok oleh Rusia.