TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa penuntut umum Meksiko pada Minggu, 15 September 2019, memburu seorang mantan jaksa agung dan sejumlah ajudannya yang menangani sebuah kasus kontroversi atas pembunuhan 43 murid dan guru yang terjadi lima tahun silam.
Sebelumnya pada Sabtu, 14 September 2019, Kejaksaan Agung dalam keterangannya mengatakan tim jaksa penuntut akan terus mengejar mereka yang harus bertanggung jawab mengawasi kasus ini, dimana penculikan dan pembantaian sangat jelas dilakukan oleh sejumlah orang yang dilatih oleh kepolisian yang korup bekerja sama dengan sebuah geng narkoba.
Skandal ini telah berdampak pada reputasi Presiden Enrique Pena Nieto ketika itu dan penerusnya Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. Presiden Obrador saat ini pun dihujani kritik terkait bagaimana kasus ini ditangani dan pembebasan para terduga pelaku di tengah-tengah upaya pembuktian.
Wakil Menteri Dalam Negeri Meksiko, Alejandro Encinas, mengatakan penyelidikan oleh jaksa penuntut umum secara khusus akan fokus pada Yesus Murillo, Tomas Zeron dan Jose Aaron Perez Carro.
Murillo adalah jaksa agung yang menyajikan laporan resmi pemerintah tentang apa yang terjadi pada para murid. Sementara Zeron mengepalai tim yang memimpin penyelidikan dan Perez bertanggung jawab atas kantor khusus yang didedikasikan untuk kasus Iguala.
Menurut akun resmi pemerintah Meksiko, geng narkoba membantai para murid karena salah sangka. Geng narkoba itu mengira mereka sebagai anggota bandar narkoba saingan. Para pembunuh kemudian membakar dan membuang sisa-sisa mayat mereka ke sungai terdekat.
Pada 29 Oktober 2014, tim investigasi yang dipimpin Zeron menemukan sebuah fragmen tulang milik satu dari 43 siswa yang jasadnya telah diidentifikasi secara definitif.
Tetapi tim ahli independen menemukan Zeron telah ke tempat tulang-belulang itu ditemukan sehari sebelumnya dengan seorang anggota geng yang dituduh melakukan pembunuhan. Zerontidak memberi tahu soal kunjungannya ke lokasi tersebut. Tuduhan itu dibantah Zeron.
Kantor Hak Asasi Manusia Amerika Serikat mengatakan pada tahun lalu bahwa pihak berwenang mungkin telah menyiksa puluhan orang dalam kasus pembunuhan ini.
REUTERS - MEIDYANA ADITAMA WINATA