TEMPO.CO, New York – Sebanyak 145 pemimpin bisnis menandatangani surat meminta pemerintah Amerika Serikat bertindak mengatasi kekerasan bersenjata api atau gun violence.
Permintaan ini muncul menanggapi sejumlah aksi penembakan massal yang terjadi di AS. Ini merupakan bentuk pernyataan terkuat dari para pemimpin bisnis terhadap menyebarnya tindak kekerasan bersenjata api.
“Para pemimpin bisnis meminta anggota Kongres untuk mendukung penerapan undang-undang kontrol senjata yang masuk akal, yang telah disahkan DPR. Dan tidak melakukan tindakan apapun terhadap krisis kekerasan senjata api di AS tidak bisa diterima,” begitu salah satu poin dalam surat bersama yang dikirimkan kepada Senat AS seperti dilansir CNN pada Kamis, 12 September 2019.
Surat ini pertama kali diterbitkan oleh New York Times. Para chief executive officer atau CEO mendesak para senator untuk untuk mengesahkan undang-undang itu, yang mensyaratkan pengecekan latar belakang pembeli senjata.
Aturan baru juga menyatakan siapapun yang melihat ada tanda-tanda mencurigakan agar meminta perintah pengadilan mengintervensi dan mencegah seseorang secara temporer yang sedang dalam krisis dari mengakses senjata.
Ini merupakan kebijakan yang didukung Presiden AS, Donald Trump, meskipun kebijakannya mengenai kontrol senjata masih belum jelas.
Para CEO menyatakan proposal yang tercantum dalam surat mereka bersifat partisan dan mendapat dukungan publik AS.
Para CEO ini seperti CEO Airbnb Brian Chesky, dua pendiri Lyft Logan Green dan John Zimmer, CEO Uber, Dara Khosrowshahi, CEO Twitter Jack Dorsey, CEO Levi Strauss Chip Bergh, dan pendiri Thrive Global Arianna Huffington.
Saudara lelaki Jare Kushner, yang merupakan menantu Trump, Joshua Kushner juga ikut meneken surat ini. Salah satu komisaris Bain Capital Steve Pagliuca juga ikut meneken. Kasus penembakan massal kerap terjadi di AS dan menjadi sorotan berbagai kalangan termasuk pebisnis.
Namun, sejumlah CEO yang juga dikenal vokal soal ini tidak ikut meneken seperti CEO Apple, Google, Facebook, dan beberapa bank. CEO Walmart Doug McMillon tidak meneken meskipun telah mengurangi penjualan senjata dan amunisi di gerai Walmart.
Seruan kontrol senjata yang lebih ketat muncul setelah kasus penembakan di gerai Walmart di El Paso, Texas, yang menewaskan 22 orang dan melukai 24 orang.
Penembakan ini diikuti kasus penembakan berikutnya beberapa jam kemudia di Dayton, Ohio, yang menewaskan sembilan orang di sebuah distrik hiburan malam.