TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Laut Amerika mulai mengerahkan kapal perang rudal terkuatnya untuk menangkal pengaruh militer Cina di Asia Pasifik.
Kapal perang USS Gabrielle bertolak dari San Diago awal bulan ini dengan membawa rudal maritim dan drone helikopter, seperti dikutip CNN, 11 September 2019.
Rudal Serangan Angkatan Laut adalah rudal jelajah peluncur laut yang sulit dideteksi oleh radar, dan dapat bermanuver untuk menghindari pertahanan musuh, menurut Raytheon, kontraktor utama AS untuk senjata. Pesawat ini dipasangkan pada USS Gabrielle Giffords dengan drone helikopter Scout MQ-8B, yang digunakan untuk mencari target.
Sebuah Rudal Serangan Angkatan Laut diluncurkan dari kapal tempur pesisir USS Coronado selama operasi uji coba rudal di lepas pantai California Selatan pada 2014.[CNN]
Senjata-senjata itu akan meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Laut AS, menurut Laksamana John Fage, juru bicara Armada ke-3 Angkatan Laut AS yang mengkonfirmasi pengerahan senjata rudal.
"Pentagon sedang membangun pasukan militer yang dapat beroperasi dengan basis yang lebih berkelanjutan dan memiliki peluang lebih baik untuk bertarung dan bertahan hidup dalam amplop penolakan wilayah, anti-akses PLA yang mematikan," kata analis pertahanan senior Rand Corp. Timothy Heath.
Baik AS dan Cina saling menyalahkan karena militerisasi Laut Cina Selatan, salah satu daerah yang paling diperebutkan di dunia. Beberapa negara mengklaim bagian dari kawasan yang padat-niaga, tetapi klaim Beijing sejauh ini merupakan yang paling ekspansif, mencakup sebagian besar lautan.
Sejak 2015, pemerintah Cina telah berusaha untuk mendukung posisi mereka melalui militerisasi dan reklamasi di Laut Cina Selatan, dan mengatakan bahwa latihan Angkatan Laut Amerika yang berulang di wilayah itu menunjukkan perlunya bagi Cina untuk dapat mempertahankan kepentingannya di Asia Pasifik.