TEMPO.CO, Jakarta - Berbeda dengan Amerika Serikat sekutunya, militer Filipina justru mengizinkan perusahaan raksasa telekomunikasi Cina memasang peralatan telekomunikasi di sejumlah pangkalan militer negara itu.
Sejumlah anggota parlemen Filipina khawatir akan terjadi aksi spionase atau mata-mata seperti yang dikhawatirkan AS dan sejumlah negara sekutunya.
Washington juga sudah mendesak seluruh sekutunya termasuk Manila untuk tidak menggunakan produk Huawei, perusahaan raksasa telekomunikasi Cina, karena pemerintah Beijing dapat menggunakannya untuk kegiatan mata-mata. Huawei membantahnya.
Mengutip laporan Reuters, 11 September 2019, Angkatan Bersenjata Filipina dalam pernyataannya menjelaskan, pihaknya telah menandatangani kesepakatan awal dengan Mislatel, konsorsium yang dikendalikan taipan Filipina, Dennis Uy, untuk memasang fasilitas komunikasi dan menara komunikasi di beberapa kamp dan instalasi militer.
Kesepakatan ini muncul di tengah seruan sejumlah anggota parlemen Filipina untuk semakin waspada terhadap perusahaan China Telecom yang diduga sebagai Trojan horse reut.rs/2NXdg9g" dengan kemampuan mengakses rahasia negara.
Menjawab kekhawatiran parlemen, Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan Mislatel menjamin bahwa perangkat, peralatan dan atau struktur yang dipasang di situs yang disediakan AFP tidak akan digunakan untuk memperoleh informasi rahasia. Ini sebagai langkah untuk mencegah aksi spionase eletronik.
Militer Filipina menambahkan bahwa kesepakatan serupa juga dilakukan dengan dua perusahaan telekomunikasi bergerak dalam negeri, Globe Telecom dan pesaingnya, PLDT.