TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara parlemen Inggris, John Bercow, pada Senin, 9 September 2019, menyatakan siap mundur dari jabatan. Pernyataan itu disampaikan sebagai peringatan kepada pemerintah Inggris agar jangan menurunkan kapasitas kemampuan parlemen Inggris.
Dalam politik Inggris, Bercow memiliki peran kunci dalam tiga tahun krisis Brexit. Dikutip dari reuters.com, Bercow mengatakan membengkokkan peran parlemen Inggris akan memberikan anggota parlemen peluang untuk melawan kebijakan pemerintah, yang saat ini kemungkinan meloloskan undang-undang untuk memblokade no-deal Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Ratusan ribu masyarakat Inggris turun ke jalan menuntut dilakukannya referendum ulang. Sumber: New York Post
Ucapan Bercow soal kesiapannya mengundurkan diri itu mendapat sambutan tepuk tangan dari sejumlah anggota majelis rendah parlemen Inggris. Bercow mengatakan siap mundur dari jabatannya pada beberapa pekan ke depan.
Bercow telah menjadi anggota parlemen Inggris sejak 1997 dan menjadi juru bicara sejak 2009. Dia sering dipandang menjadi duri bagi pemerintah Inggris.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat ini dihujani kritik karena membekukan parlemen lebih dari sebulan atau beberapa pekan sebelum Inggris mengambil keputusan paling penting dalam beberapa dekade terakhir.
Bercow memastikan tidak akan mengikuti pemilu dadakan jika parlemen Inggris pada Senin, 9 September waktu setempat memutuskan menggelar pemilu tersebut. Namun jika parlemen Inggris memilih menolak pemilu dadakan seperti yang diharapkannya, maka dia akan berhenti dari jabatannya per 31 Oktober 2019 atau pada hari Inggris angkat kaki dari Uni Eropa. Saat ini muncul kekhawatiran jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, maka akan berdampak pada banyak sendi, khususnya ekonomi.