TEMPO.CO, Hong Kong – Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi di kawasan perbelanjaan Causeway Bay, Hong Kong, pada Ahad, 8 September 2019.
Ini terjadi setelah demonstran berunjuk rasa di depan kantor konsulat Amerika Serikat meminta bantuan untuk menegakkan demokrasi di kota yang diperintah Cina itu.
“Aktivis demonstrasi membangun barikade, memecahkan jendela kaca toko, dan membakar tumpukan kertas serta merusak stasiun kereta api di daerah yang pernah menjadi bekas koloni Inggris ini,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 8 September 2019.
Seorang pengunjuk rasa mengatakan tidak bisa meninggalkan area itu karena banyak polisi di lokasi.
“Kami tidak bisa pergi karena ada polisi anti-huru hara,” kata pengunjuk rasa Oscar, 20 tahun, di Causeway Bay. “Mereka menembakkan gas air mata stasiun. Kami mengarah ke North Point.”
Ribuan pengunjuk rasa sempat menyanyikan lagu kebangsaaan AS yaitu Star Spangled Banner dan meminta Presiden AS, Donald Trump, untuk membebaskan kota ini. Mereka juga mengibarkan bendera AS dan membawa plakat berisi tuntutan ditegakkannya demokrasi.
“Berjuang untuk kebebasan, berdiri bersama Hong Kong,” kata pengunjuk rasa. Salah satu perwakilan lalu menyerahkan petisi kepada petugas di kantor Konsulat Jenderal AS. “Lawan Bejing, Bebaskan Hong Kong”.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mendesak Cina untuk mengendalikan diri terkait situasi di Hong Kong, yang dikembalikan Inggris pada 1997 kepada Cina.
Dia mengatakan ini saat berada di Paris ketika polisi di Hong Kong mencegah demonstran memblokir akses ke bandara. Saat itu, polisi juga menembakkan gas air mata pada unjuk rasa malam kedua di kawasan penduduk Mong Kok.
Sejumlah bentrokan terjadi di kawasan padat penduduk di Kowloon, Hong Kong, pada Ahad malam dan di kawasan Prince Edward, yang dekat dengan Mong Kok.