TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat ibu kota Moskow, Rusia, pada Minggu, 8 September 2019 memberikan hak suara mereka dalam pemilihan anggota parlemen daerah (DPRD). Pemilu dilakukan setelah sejumlah kandidat dari kubu oposisi dilarang mengikuti pemilu, dimana hal ini mendorong unjuk rasa besar-besaran di ibu kota Moskow.
Dikutip dari reuters.com, pemilu daerah ini diselenggarakan di total 85 daerah di penjuru Rusia, namun pemilu di kota Moskow yang paling banyak disorot. Unjuk rasa di kota Moskow terjadi pada pertengahan Juli 2019 atau persisnya setelah Komisi Pemilu Pusar Rusia menolak pendaftaran sejumlah besar kandidat yang berasal dari oposisi dengan alasan gagal mengumpulkan cukup dukungan. Diantara kandidat yang ditolak itu adalah politikus oposisi paling berpengaruh Alexei Navalny, yang menyebut penolakan itu dirancang untuk menghentikan oposisi memenangkan kursi parlemen daerah.
Secara keseluruhan lebih dari 60 persen popularitas Presiden Rusia, Vladimir Putin, lebih tinggi dibanding para pemimpin dari negara-negara barat, namun dalam pemilu daerah ini Partai berkuasa Rusia, Partai Persatuan Rusia, mendapat dukung lebih rendah dari biasanya.
Popularitas Partai Persatuan Rusia terciderai oleh naiknya angka ketidakpuasan atas langkah meningkatkan usia pensiun pada saat pendapatan masyarakat terus turun. Walhasil, para kandidat yang hendak maju memilih masuk dari jalur independen.
Pemimpin Oposisi Rusia, Navalny menyarankan pada para pendukungnya agar menggunakan taktik demi mengalahkan Partai Persatuan Rusia. Sampai Minggu siang atau empat jam setelah pemungutan suara dilakukan, tingkat partisipasi masyarakat mengikuti pemilu baru 5 persen.
Vladislav, 25 tahun, pengacara yang juga warga negara Rusia, mengatakan memberikan suaranya untuk Sergey Mitrokhin, kandidat dari Partai Yabloko, sebuah partai oposisi Rusia. Hal itu dilakukannya karena dia mengaku lelah dengan Partai Persatuan Rusia yang disebutnya telah mencuri dan sekadar mengikuti arus. Partai Persatuan Rusia adalah partai yang menggolkan Presiden Vladimir Putin ke kursi kepresidenan.