TEMPO.CO, Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan pemerintah Cina menegaskan klaim kepemilikan atas kepulauan di kawasan maritim Scarborough Shoal di Laut Cina Selatan saat dia bertemu dengan Presiden Cina, Xi Jinping, pada pekan lalu di Beijing.
“Mereka mengklaim itu sebagai milik mereka. Dan bagian terburuknya adalah mereka mengklaim itu sebagai hak sejarah dan mereka punya kontrol atas properti itu,” kata Duterte seperti dilansir Strait Times pada Kamis, 5 September 2019.
Duterte melanjutkan,”Itu masalah kita. Jika Anda bisa bantu dengan saran. Apakah ada saran lain? Atau apakah Anda pernah mendengar solusi masuk akal lain, pergi berperang, dengan Cina bilang, ‘Kami tidak akan bergeming’?"
Duterte selama ini mendapat kritik dari kelompok nasionalis dan kelompok kiri di Filipina karena tidak langsung meminta Cina mematuhi keputusan pengadilan arbitrase pada 2016 di The Haque.
Keputusan itu menyatakan klaim Cina untuk menguasai secara penuh Laut Cina Selatan sebagai tidak valid menurut Konvensi PBB 1982 mengenai Hukum Laut.
Keputusan ini juga memperkuat kedaulatan Filipina atas wilayah maritim luas yang disebut Zona Ekonomi Eksklusif. Selama ini, klaim teritorial Cina telah membuat Manila menunda bertahun-tahun rencana untuk mengeksplorasi dan menambang deposit minyak dan gas.
Duterte mengatakan dia menyampaikan putusan arbitrase itu dalam pertemuan dengan Xi Jinping dan pejabat Cina lain. Dia mengatakan pemimpin Cina itu menjawab sambil nyaris berbisik,”Anda tahu, pernyataan kami adalah ‘Kami tidak akan bergeming’. Kami tidak ingin mendiskusikan ini karena ini adalah milik kami. Kami pemilik propertinya. Kenapa kami harus bicara dengan Anda?”
Menanggapi pernyataan Xi ini, Duterte mengatakan dia menjawab,”Ini akan tetap menjadi masalah. Itu akan tetap begitu… seperti ibu jari yang bengkak yang terasa sakit setiap hari.”
Saat itu, Xi mencoba mengganti topik pembicaraan. Dan Duterte mengatakan dia tidak melanjutkan isu itu karena mengetahui Presiden Cina itu sedang memikirkan protes anti-pemerintah di Hong Kong.
“Dengan sopan, saya mengatakan,”Baik, saya tidak akan, mungkin, mendesak jawaban Anda sekarang. Saya tidak merasa puas dengan jawaban Anda. Tapi saya tidak akan meminta jawaban lagi. Saya akan tetap di posisi saya. Saya menduga Anda sedang mengalami tekanan karena insiden di Hong Kong.”
Duterte melanjutkan penjelasannya dalam jumpa pers di Manila ini dengan mengatakan,”Mereka sedang ada masalah jadi dia berkepala panas. Kita harus memilih waktunya. Anda tahu, seni diplomasi.”
Menurut Duterte,”Jika seseorang kehilangan anak atau ditinggal kekasihnya, maka dia akan emosi.”
Menurut dia, pemerintahannya mewarisi masalah klaim kepemilikan teritorial terkait Scarborough Shoal dari pemerintahan sebelumnya. Saat itu, pemerintah Filipina menarik kapal-kapalnya dari kawasan sengketa itu dan membiarkan kapal Cina mengambil alih teritorial itu.
“Itu bukan masalah saya. Siapa yang mundur?” kata Duterte.
Pemerintah Cina menolak berpartisipasi dalam proses arbitrase ini, yang dimulai oleh Presiden Benigno Aquino, yang merupakan pendahulu Duterte. Cina menguasai Scarborough Shoal 2012 dan menolak putusan arbitrase 2016.