TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengritik pemerintah Cina, yang dinilai memperlambat proses negosiasi perdagangan untuk mengakhiri perang tarif kedua negara.
“Kita melakukan negosiasi sangat baik dengan Cina. Walau saya yakin mereka akan suka bernegosiasi dengan pemerintahan baru sehingga mereka bisa melanjutkan praktek merampas dari AS (US$600 miliar per tahun), 16 bulan lebih merupakan waktu yang lama untuk mempersulit lapangan kerja dan perusahaan,’ kata Trump lewat cuitan pada Selasa, 3 September 2019. Jumlah defisit itu setara sekitar Rp8.500 triliun pertahun.
Menurut Trump, jika dia memenangkan kembali pemilihan Presiden AS 2020 maka negosiasi akan semakin keras dengan Cina. “Pada saat yang sama, rantai suplai Cina akan rontok dan bisnis, pekerjaan dan uang akan hilang,” kata dia.
Pernyataan Trump ini lebih keras dari pernyataan rekonsiliasi yang dia sampaikan pada saat KTT G20 di Biarritz, Prancis, satu pekan lalu. Saat itu, Trump mengatakan pejabat Cina menghubungi pejabat AS dan meminta proses negosiasi berlangsung lagi. Dia mengaku menyambut baik ajakan itu.
Saat Trump menyebut ekonomi Cina mengalami pelemahan, survei di AS menunjukkan sektor manufaktur di sana malah mengalami pelemahan pertama kali pada Agustus 2019 untuk pertama kali sejak tiga tahun terakhir.
Ekonom mengatakan ini tidak berarti AS memasuki siklus resesi tapi merupakan tanda yang mengkhawatirkan.
Indikasi lainnya terlihat dari melemahnya bursa Wall Street pada penutupan Selasa kemarin. Ini diikuti pelemahan indeksi di Dow Jones Industrial Average sebanyak 1.1 persen.
Imbal hasil pada surat obligas AS yang berusia 10 tahun sempat menyentuh titik terlemah dalam tiga tahun terakhir.
Secara terpisah, media resmi pemerintah Cina yaitu Xinhua melansir dua senator AS datang ke Beijing pada Selasa. Keduanya adalah David Perdue, dan Steve Daines dari Partai Republik dan bertemu dengan Wakil PM, Liu He, yang merupakan kepala juru runding perdagangan Cina.
Liu mengatakan kepada keduanya Cina berharap resolusi negosiasi berbasis kesetaraan dan sikap hormat.
Saat ini, AS dan Cina sedang mengupayakan jadwal perundingan dagang di Washington. Namun, kedua belah pihak belum bersepakat mengenai waktunya.