TEMPO.CO, Jakarta - Prancis telah menawarkan sebuah proposal bantuan senilai US$ 15 miliar atau Rp 212 triliun dalam bentuk pinjaman kepada Iran yang akan dikucurkan hingga akhir tahun nanti jika Teheran kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian nuklir 2015. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves le Drian mengatakan pembicaraan mengenai proposal ini masih berlangsung, namun persetujuan dari Amerika Serikat akan sangat penting.
“Gagasan ini sebagai pertukaran. Pertama dengan imbalan komitmen pada kesepakatan nuklir Iran, kedua keamanan di Teluk dan dibukanya pintu negosiasi bagi keamanan kawasan serta sebuah pemaparan program nuklir 2025. Diharapkan semua ini bisa mendapat keringanan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump,” kata Menteri Luar Negeri Le Drian.
Demonstran membakar foto Presiden Donald Trump, saat melakukan aksi protes setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional di Tehran, Iran,9 Mei 2018. AP
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 4 September 2019, sejumlah pemimpin negara-negara Eropa terseok-seok dalam menekan konfrontasi antara Tehran dan Washington sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang dikunci pada 2015 lalu. Kesepakatan 2015 itu untuk memastikan Iran memasuki perdaganganan dunia dengan imbalan program nuklirnya dikurangi. Program nuklir Iran dituding untuk membuat senjata pemusnah massal, namun tuduhan itu berulang kali disangkal Tehran.
Juru bicara di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat enggan berkomentar soal proposal Prancis tersebut. Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron menghabiskan musim panas ini dengan mencoba menciptakan sejumlah kondisi yang akan membawa Tehran – Washignton dan seluruh pihak terkait kembali ke meja perundingan. Dalam pertemuan G7 di Prancis bulan lalu, Presiden Trump muncul dengan gagasan pengucuran pinjaman, namun sumber di pemerintah Amerika Serikat mengatakan Washington tidak mau mencabut sanksi yang dijatuhkan kepada Iran hanya demi digelarnya perundingan dengan Tehran.
Sumber dari pemerintah Iran pada Senin, 2 September 2019, mengatakan telah dilakukan perundingan soal pemberian kredit pinjaman yang akan memberikan Iran sejumlah kelonggaran dari sanksi-sanksi yang telah melunpuhkan perekonomian dan memangkas ekspor minyaknya.
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi pada Iran pada tahun lalu dan memperketat sanksi itu pada tahun ini. Hal itu direspon oleh Iran dengan meninggalkan sejumlah aturan yang termaktub dalam kesepakatan 2015.