TEMPO.CO, Jakarta - Sepucuk surat ancaman untuk memburu warga Korea Selatan dan sebutir peluru dikirim ke Kedutaan Korea Selatan di Jepang.
Surat ancaman yang dikirim pekan lalu ke Kedutaan Korea Selatan di Tokyo menandai semakin memburuknya hubungan Jepang dan Korea Selatan yang dipicu perang dagang kedua negara.
"Saya bawa senjata dan saya sedang memburu warga Korea," isi surat itu, ungkap media Jepang dan dilansir South China Morning Post, 3 September 2019.
Seorang staf Kedutaan Korea Selatan membenarkan surat ancaman itu, namun menolak memberikan informasi lebih rinci. Polisi dikabarkan sedang menyelidiki kasus ini.
Permusuhan antar dua negara bertetangga ini sebelumnya diwarnai dengan berbagai cara. Maskapai Jepang pekan lalu mengumumkan untuk menghentikan sementara penerbangan ke Korea Selatan.
Pameran seni Jepang telah menarik patung seni yang menggambarkan sejumlah perempuan dipaksa menjadi budak seks pasukan Jepang semasa Perang Dunia II. Peristiwa ini memicu cekcok tentang penyensoran yang dilakukan Jepang.
Tabloid mingguan Jepang, Shukan Post meminta maaf kepada warga Korea Selatan pada hari Senin, 2 September 2019 setelah menerbitkan artikel edisi 13 September berjudul " Kami tidak Memerlukan Korea". Artikel ini memicu amarah di seantero Korea. Artikel ini dianggap menyebarkan ujaran kebencian. Meski ada juga yang mengkritik bahwa warga Korea terlalu sensitif.
Oase dari permusuhan kedua negara di satu sudut pertokoan yang dijuluki "Little Seoul" di Shin-Okuba, Tokyo. Para pendukung artis K-pop dan krem wajah Korea tetap ramai dikunjungi pembeli warga Jepang.
"Saya suka segalanya: K-pop, makanan, pakaian. Saya juga suka kedua negara berbaikan," kata Anna Kaneko, 19 tahun, pelajar yang kerap berbelanja di kawasan Shi-Okubo. Sementara di Korea Selatan warga ramai-ramai memboikot produk Jepang.