Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peringatan 2 Tahun Pembantaian Etnis Rohingya

image-gnews
Ribuan pengungsi Rohingya di Bangladesh memperingati tahun kedua pembantaian terhadap etnis itu dengan melakukan aksi turun ke jalan. Sumber: Al Jazeera
Ribuan pengungsi Rohingya di Bangladesh memperingati tahun kedua pembantaian terhadap etnis itu dengan melakukan aksi turun ke jalan. Sumber: Al Jazeera
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pengungsi etnis Rohingya yang ada di Bangladesh pada Minggu, 25 Agustus 2019, memperingati tahun kedua pembantaian terhadap etnis minoritas itu. Mereka meneriakkan tuntutan terhadap pemerintah Myanmar diantaranya meminta agar diberikan kewarganegaraan pada etnis Rohingya.

Aksi protes itu diikuti sekitar 200 ribu orang etnis Rohingya. Aksi berlangsung damai yang juga dihadiri oleh para anggota PBB yang ada di kamp Kutupalong di Cox’s Bazar, Bangladesh.

“Tuhan itu hebat! Diberkatilah Rohingya!,” teriak anak-anak dan orang dewasa ketika berbaris di kamp pengungsi terbesar di dunia untuk memperingati apa yang mereka sebut sebagai Hari Genosida.

“Jangan terulang lagi! Hari peringatan Rohingya! Kembalikan kewarganegaraan kami!,” demikian diteriakkan sejumlah partisipan dalam protes itu.

Ribuan pengungsi Rohingya di Bangladesh memperingati tahun kedua pembantaian terhadap etnis itu dengan melakukan aksi turun ke jalan. Sumber: Yahoo News

Pemimpin aksi protes, Mohib Ullah, mengatakan masyarakat etnis Rohingya yang merupakan kelompok minoritas ingin kembali ke tempat tinggal mereka di Myanmar, tetapi setelah diberi kewarganegaraan, mendapat jaminan keamanan dan diizinkan untuk menetap kembali di desa-desa mereka sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kami ingin memberi tahu dunia bahwa kami ingin hak-hak kami kembali, kami menginginkan kewarganegaraan, kami ingin rumah dan tanah kami kembali. Myanmar adalah negara kita. Kita adalah Rohingya,” kata Mohib Ullah.

Unjuk rasa ini terjadi beberapa hari setelah upaya kedua gagal untuk memulangkan para pengungsi. Pada Kamis, 22 Agustus 2019, tidak ada lagi satu pun etnis Rohingya yang kembali melintasi perbatasan Myanmar - Bangladesh.

"Mereka bertanya apakah kami ingin kembali ke Myanmar, saya bilang tidak. Mereka bertanya mengapa. Saya memberi tahu mereka bahwa rumah kami dibakar, anggota keluarga kami diperkosa dan dibunuh. Inilah sebabnya kami menderita saat datang ke sini. Bagaimana kami bisa kembali tanpa mengetahui bahwa kita akan aman? " Noor Hossain, etnis Rohingya.

AL JAZEERA MEIDYANA ADITAMA WINATA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

4 hari lalu

Iklan satu halaman penuh di New York Times yang menyerang penyanyi Dua Lipa dan model Gigi dan Bella Hadid telah dikecam secara luas.[Twitter/Middle East Eye]
Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

The New York Times menginstruksikan para jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza untuk membatasi penggunaan istilah genosida hingga pendudukan


Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

10 hari lalu

Pengungsi etnis Rohingya membawa bantuan paket Lebaran dari Human Appeal Australia di tempat penampungan bekas kantor Imigrasi di Desa Blang Mee, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Selasa, 9 April 2024. Paket Lebaran yang berisi bahan pokok makanan harian itu diberikan kepada 252 jiwa pengungsi etnis Rohingya untuk menyambut Idul Fitri 1445 H di Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad
Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya


Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

22 hari lalu

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. ANTARA/HO-KBRI Moskow.
Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

30 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


India Siap Berlakukan Undang-undang Kontroversi soal Kewarganegaraan

39 hari lalu

Para pengunjuk rasa memegang poster saat protes terhadap apa yang mereka sebut sebagai ujaran kebencian terhadap Muslim yang dilakukan oleh para pemimpin Hindu, di New Delhi, India, 27 Desember 2021. REUTERS/Adnan Abidi
India Siap Berlakukan Undang-undang Kontroversi soal Kewarganegaraan

Pemerintahan Narendra Modi akan menerapkan undang-undang kewarganegaraan kontroversial yang mengecualikan umat muslim.


Siapa Jimmy Cherizier, Pentolan Geng Haiti yang Paling Ditakuti?

42 hari lalu

Warga membawa barang-barang saat meninggalkan rumah akibat kekerasan geng, di bagian Pernier di Port-au-Prince, Haiti 30 Januari 2024. REUTERS/Ralph Tedy Erol
Siapa Jimmy Cherizier, Pentolan Geng Haiti yang Paling Ditakuti?

Haiti mencekam. Geng kriminal yang dipimpin Jimmy Cherizier menguasai negara ini.


Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

43 hari lalu

Suasana pemeriksaan kesehatan deteni atau tahanan WNA di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta di Cengkareng, Jakarta Barat. Foto: TEMPO/ JONIANSYAH HARDJONO
Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

Umar Syarif, 56 tahun, sudah 24 tahun berada di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. WNA asal Bangladesh ini sudah betah dan tak ingin pulang


Jokowi Perintahkan Menteri Yasonna Laoly Bikin Kajian Status Kewarganegaraan Diaspora

44 hari lalu

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Hamonangan Laoly.
Jokowi Perintahkan Menteri Yasonna Laoly Bikin Kajian Status Kewarganegaraan Diaspora

Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly untuk membuat kajian mengenai status kewarganegaraan.


Israel Dituding Rencanakan Pembantaian Warga Penerima Bantuan di Gaza

47 hari lalu

Israel Dituding Rencanakan Pembantaian Warga Penerima Bantuan di Gaza

Serangan Israel terhadap warga Palestina yang menantikan bantuan pada Kamis pagi di Gaza, menewaskan 118 orang dan melukai lebih dari 750 orang


Pembantaian Tepung: Bagaimana Israel Menembaki Warga yang Menanti Bantuan di Gaza

49 hari lalu

Sejumlah warga Palestina membawa sekarung tepung yang diambil dari truk bantuan di dekat pos pemeriksaan Israel, ketika menghadapi krisis kelaparan, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 19 Februari 2024. REUTERS/Kosay Al Nemer
Pembantaian Tepung: Bagaimana Israel Menembaki Warga yang Menanti Bantuan di Gaza

Setidaknya 112 warga Palestina tewas setelah menunggu bantuan yang sangat dibutuhkan di Gaza.